Tak Terima Jadi Buta, 2 Saudara Kembar Ini Pilih Disuntik Mati

Tak Terima Jadi Buta, 2 Saudara Kembar Ini Pilih Disuntik Mati

- detikHealth
Selasa, 15 Jan 2013 10:30 WIB
Tak Terima Jadi Buta, 2 Saudara Kembar Ini Pilih Disuntik Mati
Foto: Telegraph
Jakarta - Miris sekali kisah 2 orang saudara kembar identik asal Belgia ini. Kedua-duanya dilahirkan dengan kondisi tuli. Belakangan dokter menemukan bahwa keduanya juga akan mengalami kebutaan. Tak bisa menerima kenyataan, mereka memilih untuk mengakhiri hidupnya secara legal.

Kedua saudara kembar ini sudah menghabiskan hidupnya selama 45 tahun saling menguatkan satu sama lain. Nampaknya, begitu mendengar vonis dokter bahwa mereka tak akan bisa saling melihat lagi, mereka meminta dokter di Brussels University Hospital untuk disuntik mati saja.

Padahal dua orang saudara kembar ini tidak menderita penyakit mematikan. Namun menurut hukum Belgia, euthanasia atau tindakan pemutusan hidup dibolehkan jika pasien membuat keputusannya dengan jelas dan dokter memutuskan bahwa pasien menderita sakit yang tak tertahankan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut The Telegraph, Selasa (15/1/2013), kedua bersaudara bernama Marc and Eddy Verbessem ini bekerja sebagai tukang sepatu dan tinggal bersama dalam 1 apartemen. Pada bulan Desember 2012 lalu, keduanya pun menjalani suntik mati sesuai permintaan mereka sendiri.

"Mereka sangat senang. Bagi mereka, itu adalah bantuan untuk melihat akhir penderitaan mereka. Perpisahan dengan orang tua dan saudara-saudara mereka sangat tenang. Mereka sedikit melambaikan tangan dan kemudian mereka pergi," kata Dr David Dufour dari University Hospital Brussels.

Belgia merupakan negara kedua di dunia yang melegalkan euthanasia setelah Belanda pada tahun 2002. Tindakan ini hanya diperbolehkan bagi orang-orang berusia di atas 18 tahun. Di seluruh Eropa sendiri, ada sebanyak 1.133 kasus euthanasia pada tahun 2011, kebanyakan diminta oleh pasien kanker.

Beberapa hari setelah si kembar meninggal, partai sosialis yang berkuasa Belgia mengusulkan amandemen undang-undang yang memungkinkan pemberian euthanasia bagi anak-anak dan pasien Alzheimer.

"Idenya adalah untuk memperbarui hukum, mempertimbangkan situasi dramatis dan kasus mengerikan yang harus kami tangapi," kata pemimpin partai sosialis, Thierry Giet.

Jika undang-undang yang diusulkan disahkan di akhir tahun ini, maka euthanasia mungkin bisa diberikan kepada anak-anak jika mampu memutuskan, terkena penyakit yang tak bisa disembuhkan, atau mengalami penderitaan yang tidak bisa diatasi.

(pah/vit)

Berita Terkait