Saat terjadi banjir, tikus-tikus yang tinggal di liang-liang tanah akan ikut keluar menyelamatkan diri. Nah, tikus tersebut akan berkeliaran di sekitar manusia, sehingga kotoran dan air kencingnya akan bercampur dengan air banjir.
"Apabila ada orang yang memiliki luka kemudian terendam air banjir yang sudah tercampur dengan kencing tikus yang mengandung bakteri lepstopira, maka orang tersebut dapat terinfeksi dan akan jatuh sakit," kata Prof dr Tjandra Yoga Aditama, MPH, Direktur Jendera Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan dalam surat elektroniknya kepada detikHealth.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kuman leptospira dapat hidup di air tawar selama lebih kurang 1 bulan. Bahkan leptospira juga bisa bertahan di tanah yang lembap, tanaman, maupun lumpur dalam waktu lama.
Kuman leptospira ini dapat 'berenang' di air sehingga bisa menginfeksi kaki manusia yang sedang terluka. Umumnya laporan orang yang terkena leptospirosis terjadi setelah banjir.
"Saat terjadi banjir, tikus-tikus yang tinggal di liang-liang tanah pada keluar menyelamatkan diri. Kotoran dan urinnya masuk ke air banjir, bisa masuk ke makanan dan apabila masuk ke tubuh dan menyerang otak bisa berbahaya," kata Dr Latre Buntaran SpMK, dokter spesialis mikrobiologi klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ketika dihubungi detikHealth, Jumat (18/1/2013).
Leptospira juga bisa memapar mereka yang banyak bersentuhan dengan binatang seperti peternak, petani, dan dokter hewan. Petugas pembersih selokan juga memiliki risiko terpapar leptospitosis.
Selain tikus, hewan yang berpotensi menularkan penyakit ini adalah kucing, kuda, kelelawar, babi, kambing, domba, dan tupai.
(pah/vit)











































