Berikut ini beberapa risiko yang perlu dipertimbangkan sebelum membabat habis bulu kemaluan dengan metode waxing, seperti dipaparkan ahli dermatologi Sandra Johnson, M.D. dan Jessica Krant, M.D dan dilaporkan Huffingtonpost, Senin (1/4/2013):
1. Infeksi Menular Seksual (IMS)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adanya luka pada kulit maupun rusaknya folikel yang tak dapat dilihat dengan mata telanjang bisa menjadi media yang memungkinkan untuk penyebaran herpes, HPV, HIV, dan IMS lain. Selain itu juga dapat meningkatkan risiko trauma kulit.
2. Infeksi
Menarik bulu-bulu di sekitar area genital berisiko membuat kulit yang terluka akan dimasuki bakteri. Hal ini bisa menyebabkan infeksi permukaan dan selulitis di beberapa kasus. Saat selulitis terjadi, area yang terinfeksi awalnya hanya bengkak dan kemerahan. Namun kemudian akan terasa nyeri dan panas saat diraba tangan.
Menurut Johnson, infeksi kulit adalah masalah umum dalam pembersihan rambut di area genital. Bahkan menurutnya, kurap bisa menjadi lebih buruk dengan waxing.
Apabila praktisi waxing menggunakan tongkat untuk mengoleskan lilin dari panci, Anda perlu berhati-hati. Sebab peralatan yang tidak diganti-ganti itu bisa menyebarkan infeksi ke daerah lain yang juga mendapat perawatan seperti wajah atau ketiak.
3. Terbakar
Seorang profesional yang berkualitas dalam melakukan waxing harus tahu bagaimana menjaga lilin panas untuk waxing agar tidak menyakiti kulit. Jika tidak hati-hati maka luka bakar dapat terjadi.
"Tidak hanya untuk bikini waxing, tapi juga alis, bibir, dagu, harus berhati-hati saat menggunakan krim antipenuaan atau antijerawat karena mungkin mengandung retinoid," jelas Krant.
Krim ini bersifat melonggarkan sel-sel kulit sehingga rentan terbakar dan terkelupas saat waxing.
4. Rambut Tumbuh ke Dalam
Waxing yang dilakukan dengan cara terlalu kasar dan arah pencabutan yang salah bisa menyisakan pangkal rambut yang tertekuk atau membentuk sudut yang salah. Akibatnya rambut tumbuh keluar dari 'jalurnya'. Rambut yang tumbuh ke dalam kulit menyebabkan ujung rambut tumbuh melingkar dan menusuk kulit. Biasanya permukaan kulit akan terasa nyeri dan sedikit gatal.
5. Jaringan Parut
"Waxing mengiritasi kulit, yang bila dilakukan berulang-ulang (terutama jika tidak dilakukan dengan baik), hal ini dapat menyebabkan iritasi kulit kronis dan jaringan parut," kata Johnson.
Soal 'menggunduli' rambut kemaluan, studi kecil di Nice, Prancis, menemukan hubungan antara menghilangkan rambut kemaluan dengan meningkatnya risiko penularan virus kelamin yang disebut molluscum contagiosum.
Menurut laporan MyHealthNews Daily, dr Francois Desruelles dari departemen dermatologi di Rumah Sakit Archet di Nice menggelar penelitian pada 30 pasien di Prancis yang terinfeksi molluscum contagiosum dan menjalani pengobatan di sebuah klinik perawatan kulit di Nice pada tahun 2011 dan 2012. Usia rata-rata pasien adalah sekitar 30 tahun. Sebanyak 24 orang di antaranya adalah pria.
Dari keterangan responden diketahui 93 persen orang telah dihilangkan bulu kemaluannya dengan berbagai cara. 70 Persen orang menyebut menghilangkan bulu kemaluan dengan cara mencukur, 13 persen menggunting, dan 10 persen dengan cara waxing. Nah, 10 dari 30 pasien yang melenyapkan rambut kemaluannya mengalami kutil, infeksi kulit akibat bakteri, kista dan rambut yang tumbuh ke dalam. Peneliti menduga bahwa virus cacar bisa menyebar lewat menggaruk kulit yang teriritasi yang dipicu oleh proses penghilangan bulu kemaluan.
Menurut Jessica Krant yang juga Asisten Profesor Klinis Dermatologi di SUNY Downstate Medical Center di New York dan pendiri Art of Dermatology, studi di Prancis tersebut mengatakan bahwa bikini waxing berkaitan dengan meningkatnya risiko infeksi virus, dan bukan satu-satunya penyebab.
"Saya melihat pasien yang datang karena infeksi (tidak berbahaya tapi sangat mengganggu) memiliki benjolan akibat virus. Dengan mencukur daerah bikini, semakin besar kemungkinan akan menyebar ke mana-mana sehingga akan lebih sulit untuk diberantas," ucapnya.
Menurut Krant, metode pembersihan area bikini dengan waxing memungkinkan situasi yang sama. Di mana kulit yang terinfeksi dekat dengan folikel yang terluka memungkinkan adanya infeksi saat terjadi kontak kulit. Bahkan hal itu juga bisa terjadi hanya dengan bergantian menggunakan handuk.
Kabar buruk tentang bikini waxing sebenarnya sudah kerap didengar beberapa waktu lalu saat beberapa kasus infeksi dan komplikasi parah dilaporkan. Misalnya saja pada 2009 saat New Jersey melarang brazilian waxing setelah dua perempuan dirawat di RS karena infeksi.
Fungsi Bulu Kemaluan
Tak peduli harus rapi atau tidak, tapi bulu di sekitar daerah genital pasti ada karena suatu alasan. Meski memang hingga kini belum ada yang tahu dengan pasti fungsi rambut kemaluan ini.
"Bagian tubuh itu memiliki bulu secara alamiah. Dan bulu-bulu itu meski secara visual tidak enak dilihat, namun keberadaannya pasti memiliki alasan," kata Krant.
Dia menjelaskan setidaknya bulu kemaluan berfungsi sebagai 'bantal' saat dua manusia melakukan hubungan seksual. Sebab dengan adanya bulu tersebut akan adasedikit celah untuk aliran udara saat kulit orang yang satu dengan yang lain saling menempel. Tanpa ada aliran udara, maka gesekan antar kulit bisa menyebabkan ruam maupun infeksi yang dikenal sebagai intertrigo.
Tak hanya itu, waxing yang dilakukan dengan mencabut rambut-rambut halus itu bisa membahayakan kulit. Mencabut rambut hingga akarnya tentu merupakan proses yang menyakitkan.
"Sakit karena satu alasan: bulu-bulu itu benar-benar melekat sangat kuat ke akarnya dan itu semua merupakan bagian dari tubuh kita. Menarik mereka keluar berarti mencabut dengan akarnya. Hal itu bisa meninggalkan luka kecil di bawah permukaan," terang Krant.
Jika Anda penggemar bikini waxing, pastikan orang yang melakukan kegiatan ini untuk Anda akan melakukan waxing saat kulit benar-benar meregang. Agar bulu lebih lembut dan lebih mudah dibersihkan, maka sebaiknya basahi dulu dengan air hangat. Agar mendapatkan hasil yang maksimal dan menghindari bulu tumbuh ke dalam, lakukanlah lulur untuk membersihkan kotoran dan sisa kulit mati.
(vit/up)











































