"50 persen dari populasi di Indonesia pernah mengalami gusi berdarah. Itu merupakan gejala awal gingivitis atau radang gusi," kata drg Dedy Yudha Rismanto Sp Perio, dalam acara Diskusi Media tentang Gusi Berdarah yang diselenggarakan oleh GlaxoSmithKline (GSK) di Jakarta Theater XXI, Kamis (2/5/2013).
Drg Dedy yang merupakan pakar periodonsia dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia menjelaskan bahwa gejala gusi berdarah merupakan gejala awal terjadinya peradangan gusi atau gingivitis. Sayangnya, kebanyakan orang menyepelekan kondisi ini dan mengira penyebabnya karena terlalu keras menyikat gigi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Air liur fungsinya untuk membersihkan atau membasahi lapisan permukaan gigi. Bakteri-bakteri senang hidup di lapisan ini. Kalau ada lapisan yang ditumbuhi kuman namanya plak," terang drg Dedy.
Plak ini dapat dibersihkan dengan menyikat gigi, namun dalam hitungan menit akan muncul lagi. Apabila plak tertimbun untuk waktu yang lama, akibatnya bisa terjadi maturasi atau pematangan.
Pematangan plak ini akan terjadi dalam waktu 6 -12 jam. Apabila tidak dibersihkan, plak yang telah mengalami pematangan akan menyebabkan peradangan gusi atau gingivitis.
Gingivitis ditandai dengan pembengkakan gusi dan penumpukan plak. Gusi sehat yang memiliki kerut-kerutan seperi kulit jeruk akan menjadi halus dan tak lagi berwarna merah segar.
"Jika dibiarkan akan berlanjut pada periodontitis dan membuat gigi tanggal," pungkas drg Dedy.
(pah/up)











































