"Efek samping metode stem cell adalah infeksi, risiko lainnya adalah GVHD (Graft Versus Host Disease), yaitu ketika sel-sel tubuh penerima menyerang sel-sel stem cell," kata dr Yvonne Loh, hematologis dari Gleneagles Hospital, Singapura, seperti ditulis detikHealth pada Senin (20/5/2013).
Dalam acara Gleneagles Annual Scientific Meeting ke-15 yang diselenggarakan di Hotel Regent, Singapura, dr Yvonne menjelaskan bahwa GVHD berbeda dengan penolakan organ transplantasi. Ketika melakukan transplantai, sel-sel darah putih mengira stem cell yang berasal dari luar sebagai musuh, lalu menyerangnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau penolakan, kemungkinannya kecil. Jika stem cell diperoleh dari keluarga, kemungkinan penolakannya sekitar 1 persen. Jika diperoleh dari luar keluarga, kemungkinannya 3-5 persen. Jadi penolakan sangat jarang jika dibandingkan dengan penyerangan yang mencapai 30 – 40 persen," terangnya.
Stem cell bisa diperoleh dari darah tali pusat, sumsum tulang belakang dan darah tepi. Namun sumbernya juga bisa diperolah dari tubuh pasien sendiri, tapi juga bisa diperoleh dari orang lain, asal memiliki stem cell dengan antigen yang cocok dengan donor. Ketidakcocokan antigen ini dapat menicu GVHD.
"Biasanya GVHD lebih banyak terjadi pada pasien yang tua. Juga terjadi jika donor stem cell tidak 100 persen cocok. Kita bisa melakukan transplantasi walau tidak cocok 100 persen dengan penerima, kita bisa melakukan dengan tingkat kecocokan 80 persen," ujar dr Yvonne.
Oleh karena itu, tak salah jika GVHD dianggap sebagai msalah yang jauh lebih besar ketimbang penolakan organ. Untungnya, penyakit ini tersebut bisa dikontrol. Jika tidak dikontrol, GVHD bisa berkambang menjadi serius dan memempertaruhkan nyawa pasien.
(pah/vit)











































