Termometer ini pada dasarnya adalah sebuah alat bernama DuoFertility yang berfungsi memantau masa kesuburan wanita. Gadget seukuran buah kenari ini dipakai seperti koyo di bawah ketiak lalu mengukur suhu tubuh hingga 20.000 kali sehari. Dengan cara ini, hari yang paling subur bagi wanita dapat terdeteksi.
"DuoFertility pada dasarnya adalah termometer mewah dengan umpan balik yang berkaitan dengan kesuburan," kata Dr Jacques Moritz, Direktur Ginekologi di Rumah Sakit St Luke's-Roosevelt, Brooklyn seperti dilansir New York News Daily, Senin (29/7/2013).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam beberapa hari, laboratorium akan mengirim email berisi penilaian rinci pola kesuburan wanita yang bersangkutan, termasuk hari di mana kemungkinan hamil paling besar. Karena dikenakan sepanjang waktu, alat ini diklaim lebih manjur daripada bayi tabung.
Menurut sebuah studi klinis yang diterbitkan jurnal Obstetrics & Gynecology tahun 2011 lalu terhadap 500 pasangan yang menggunakannya, alat ini menunjukkan tingkat keberhasilan yang lebih besar daripada prosedur bayi tabung pada wanita berumur kurang dari 40 tahun dan diklaim mengalami masalah kesuburan.
Ternyata alat ini cukup laris. Perusahaan pengembangnya, Cambridge Temperature Concepts, mengatakan bahwa ada lebih dari 1.000 pasangan yang sudah menggunakannya sejak diluncurkan pada tahun 2009. Di AS, alat ini sudah disetujui US Food and Drug Administration pada bulan Desember 2012 lalu.
Kini, alat ini tengah diuji oleh dokter di rumah sakit AS, termasuk di rumaah sakit St Luke's-Roosevelt dan Rumah Sakit Lenox Hill. Bagi pasien yang ingin mengetahui kondisi dan status kesuburannya, mereka dapat mengunjungi situs web perusahaan dengan membayar US$ 800 atau sekitar Rp 8,2 juta untuk mendapat layanan konsultasi selama setahun.
"Meskipun tidak dapat mengobati masalah medis, alat ini bisa membantu pasangan yang mengalami masalah dengan kesuburannya namun tidak ingin menjalani bayi tabung dan inseminasi buatan, di mana biayanya dapat membengkak sebanyak $ 15.000 (sekitar Rp 154 juta)," kata Moritz.
(pah/vta)











































