Penelitian terkait pertumbuhan badan mengklaim bahwa kesadaran bisa mengurangi dan menekan nafsu makan serta mengontrol berapa banyak porsi makanan yang dikonsumsi. Supermodel Gisele Bundchen bahkan mengatakan bahwa meditasi membantunya menurunkan berat badan hanya dua bulan setelah ia melahirkan.
"Berbicara makan atau meditasi itu berarti menyadari apa yang Anda masukkan ke mulut. Ini tentang berhenti makan untuk benar-benar menikmati rasa dari santapan Anda serta mendengar isyarat tubuh. Kita seharusnya makan kapanpun saat kita lapar dan segera berhenti saat merasa kenyang. Tapi nyatanya aktivitas ini dipengaruhi oleh kebiasan dan peraturan yang berlaku," kata psikolog dan terapis ketergantungan makanan Kellee Waters.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tapi jika sebaliknya pukul 07.00 Anda belum lapar, tak ada salahnya melewatkan sarapan hingga Anda merasa lapar. Waters mengatakan bahwa musuh terbesar kita dalam mengontrol berat badan adalah multitasking. Coba Anda pikirkan kapan terakhir kali Anda hanya makan tanpa memeriksa email, membaca koran, atau sambil mengobrol dengan orang lain?
Studi terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal Psychological Science menemukan bahwa mereka yang makan malam sambil menonton tv cenderung menganggap makanannya hambar sehingga akan mengkonsumsi lebih banyak makanan sebagai kompensasinya.
Ia menambahkan, seseorang juga bisa jadi pemakan cepat. Menurut survei Conscious Foods group rata-rata orang membutuhkan waktu makan tiga kali dalam waktu 23 menit. Padahal, seharusnya kita membutuhkan waktu 20 menit untuk sekali makan. Makan terlalu cepat berkaitan dengan kenaikan berat badan serta risiko diabetes tipe 2, seperti laporan The Journal of Clinic Nutrition.
Lalu, bagaimana langkah untuk memulai diet 'medit-ate'? Ahli perilaku makan dari Eastern Illnois University, Dr James Painter mengatakan lingkungan Anda penting untuk dipertimbangkan sebagai pengaruh dalam kegiatan makan.
"Lampu terang dan musik yang cepat bisa mendorong Anda untuk makan lebih cepat dan mengkonsumsi lebih banyak makanan. Atau, makan dari piring yang lebih kecil akan membuat Anda merasa lebih puas saat selesai menyantap makanan itu," terang Painter, seperti ditulis Sydney Morning Herald, Jumat (16/8/2013).
Penulis sekaligus biksu Thich Nhat Hanh mengajarkan 'medit-ate' yang lebih sederhana dalam bukunya The Miracle of Mindfulness dengan mengambil contoh makan sebuah jeruk. Sebelum menyantap bagian jeruk selanjutnya, Hanh mengatakan cobalah berhenti dan fokus pada bagian yang sudah ada di mulut. Benar-benar rasakan dan nikmati jeruk itu. Ketika makan apel, berhentilah tersenyum dan coba benar-benar menghargai apel itu sebelum Anda melahapnya.
Trik lainnya yaitu meletakkkan sendok dan garpu Anda di saat menyuap makanan ke mulut. Saat tiba di separuh proses mengunyah, berhenti sejenak dan ambil napas dalam-dalam sebanyak lima kali ke dalam perut Anda. Saat mengambil napas, rasakan benar-benar jika perut Anda sudah terasa penuh, segera berhenti melakukannya.
Tak hanya itu, psikolog dan penulis Doreen Virtue mengatakan bahwa Anda sebaiknya mengidentifikasi rasa lapar yang didorong oleh emosional misalnya bosan, sedih, atau gembira. Lapar emosional datang tiba-tiba dan hanya merujuk pada satu makanan. Dengan kata lain, yang lapar bukanlah perut melainkan mulut Anda.
"Lapar fisik datang perlahan-lahan karena preferensi makanan Anda fleksibel dan itu dirasakan perut. Jika Anda merasa benar-benar butuh bahan bakar, segeralah makan. Tapi jika itu hanya akibat gangguan emosional sebaiknya alihkan dengan berjalan-jalan atau berbicara dengan teman," papar Virtue.
(vit/vit)











































