4 Orang dengan Kelainan Langka, Tak Punya Rasa Sakit Meski Tubuhnya Berdarah-darah

4 Orang dengan Kelainan Langka, Tak Punya Rasa Sakit Meski Tubuhnya Berdarah-darah

- detikHealth
Senin, 04 Nov 2013 08:35 WIB
4 Orang dengan Kelainan Langka, Tak Punya Rasa Sakit Meski Tubuhnya Berdarah-darah
Ilustrasi (Foto: thinkstock)
Jakarta -

1. Isaac Brown

Isaac Brown (Foto: Carrie Brown)
Isaac Brown (5) terlahir dengan Congenital Insensitivity to Pain (CIP), kelainan yang membuat tubuhnya tidak pernah merasa sakit, bahkan saat ia mengalami patah tulang.

"Masa balita benar-benar mimpi buruk. Dia lompat ke tanah dan menghempaskan wajahnya ke atas meja. Dia pikir terjatuh itu menyenangkan," jelas sang ibu, Carrie Brown, seperti dilansir ABC News, Jumat (1/11/2013).

Karena tak memiliki rasa sakit, Isaac pernah membenamkan tangannya ke dalam kopi panas tanpa berkedip dan menaruh tangan di atas kompor tanpa rasa sakit sedikit pun. Saat terjatuh dan patah tulang, ia pun tak merasakan apa-apa.

Selain tak memiliki rasa sakit, Isaac juga menderita anhidrosis, suatu kondisi langka yang mempengaruhi kurang dari 100 orang di Amerika Serikat, yang membuat dia tidak mampu mengendalikan suhu tubuhnya, juga tidak bisa merasa panas atau dingin.

2. Ashlyn Blocker

Ashlyn Blocker (Foto: facebook)
Ashlyn (13) sama seperti remaja putri normal lainnya, namun ia memiliki gangguan genetik langka yang membuatnya tidak bisa merasakan nyeri atau sakit. Ia dilahirkan dengan kondisi congenital insensitivity to pain with anhidrosis (CIPA), yaitu gangguan yang mempengaruhi perjalanan sinyal dari sistem saraf pusatnya.

Sejak dilahirkan, Ashlyn memang berbeda dibandingkan dengan bayi-bayi lainnya. Ia cenderung diam dan tidak pernah menangis ketika sedang merasa lapar atau memiliki kondisi ruam popok.

"Semua orang berpikir, 'Oh bayi Anda baik sekali tidak pernah menangis'. Tapi seiring berjalannya waktu muncul tanda-tanda 'bendera merah' yang harus dikhawatirkan," ujar ayah Ashlyn, John Blocker.

3. Gabby Gingras

Gabby Gingras (Foto: kare11)
Seorang gadis asal Minnesota Amerika, Gabby Gingras adalah salah satu penderita CIPA. Meskipun ia bisa merasakan sentuhan, tapi otaknya tidak dapat menerima sinyal bahwa ia sedang kesakitan. Jadi jika kakinya patah atau menaruh tangannya di atas plat panas, ia tidak akan merasakan apa-apa.

"Tidak bisa merasakan sakit rasanya sangat tidak enak. Ketika saya bertanya pada Gabby, 'apa yang kamu rasakan ketika jatuh dan terluka?', ia menjawab 'rasanya seperti ingin nangis tapi tidak bisa'," ujar Dr. Peter Dyck dari Mayo Clinic.

Sebelumnya orang tua Gabby, Steve dan Trish Gingras mengetahui keganjilan yang dialami putrinya ketika umurnya 4 bulan. Gabby menggigiti jarinya sendiri sampai berdarah-darah tanpa menangis. Akhirnya pada usia 2 tahun, giginya terpaksa dicabut agar tidak melukai dirinya sendiri lagi.

Keanehan lain yang ditemukan orang tua Gabby yaitu ketika Gabby mengoleskan gel ke kornea matanya. Gel yang dioleskan Gabby bisa mengakibatkan rasa gatal dan jika terus-terusan digosok tanpa rasa sakit bisa menyebabkan kedua matanya rusak. Gabby pun terpaksa harus menggunakan alat bantu penglihatan karena matanya rusak.

4. Gadis asal Jerman

Ilustrasi (Foto: thinkstock)
Seorang gadis yang tak disebutkan namanya dijadikan bahan pengamatan para peneliti Jerman untuk menemukan obat anti-nyeri. Gadis yang tak disebutkan identitasnya itu menderita congenital insensitivity to pain (CIP), yang membuatnya dapat merasakan sentuhan tapi tak dapat merasakan rasa nyeri dan sakit.

Akibatnya gadis ini pernah kedapatan membakar dirinya sendiri, karena ia tak mampu mengatakan apakah sesuatu terlalu panas untuk disentuh dan kerap mengalami cedera karenanya.
Halaman 2 dari 5
Isaac Brown (5) terlahir dengan Congenital Insensitivity to Pain (CIP), kelainan yang membuat tubuhnya tidak pernah merasa sakit, bahkan saat ia mengalami patah tulang.

"Masa balita benar-benar mimpi buruk. Dia lompat ke tanah dan menghempaskan wajahnya ke atas meja. Dia pikir terjatuh itu menyenangkan," jelas sang ibu, Carrie Brown, seperti dilansir ABC News, Jumat (1/11/2013).

Karena tak memiliki rasa sakit, Isaac pernah membenamkan tangannya ke dalam kopi panas tanpa berkedip dan menaruh tangan di atas kompor tanpa rasa sakit sedikit pun. Saat terjatuh dan patah tulang, ia pun tak merasakan apa-apa.

Selain tak memiliki rasa sakit, Isaac juga menderita anhidrosis, suatu kondisi langka yang mempengaruhi kurang dari 100 orang di Amerika Serikat, yang membuat dia tidak mampu mengendalikan suhu tubuhnya, juga tidak bisa merasa panas atau dingin.

Ashlyn (13) sama seperti remaja putri normal lainnya, namun ia memiliki gangguan genetik langka yang membuatnya tidak bisa merasakan nyeri atau sakit. Ia dilahirkan dengan kondisi congenital insensitivity to pain with anhidrosis (CIPA), yaitu gangguan yang mempengaruhi perjalanan sinyal dari sistem saraf pusatnya.

Sejak dilahirkan, Ashlyn memang berbeda dibandingkan dengan bayi-bayi lainnya. Ia cenderung diam dan tidak pernah menangis ketika sedang merasa lapar atau memiliki kondisi ruam popok.

"Semua orang berpikir, 'Oh bayi Anda baik sekali tidak pernah menangis'. Tapi seiring berjalannya waktu muncul tanda-tanda 'bendera merah' yang harus dikhawatirkan," ujar ayah Ashlyn, John Blocker.

Seorang gadis asal Minnesota Amerika, Gabby Gingras adalah salah satu penderita CIPA. Meskipun ia bisa merasakan sentuhan, tapi otaknya tidak dapat menerima sinyal bahwa ia sedang kesakitan. Jadi jika kakinya patah atau menaruh tangannya di atas plat panas, ia tidak akan merasakan apa-apa.

"Tidak bisa merasakan sakit rasanya sangat tidak enak. Ketika saya bertanya pada Gabby, 'apa yang kamu rasakan ketika jatuh dan terluka?', ia menjawab 'rasanya seperti ingin nangis tapi tidak bisa'," ujar Dr. Peter Dyck dari Mayo Clinic.

Sebelumnya orang tua Gabby, Steve dan Trish Gingras mengetahui keganjilan yang dialami putrinya ketika umurnya 4 bulan. Gabby menggigiti jarinya sendiri sampai berdarah-darah tanpa menangis. Akhirnya pada usia 2 tahun, giginya terpaksa dicabut agar tidak melukai dirinya sendiri lagi.

Keanehan lain yang ditemukan orang tua Gabby yaitu ketika Gabby mengoleskan gel ke kornea matanya. Gel yang dioleskan Gabby bisa mengakibatkan rasa gatal dan jika terus-terusan digosok tanpa rasa sakit bisa menyebabkan kedua matanya rusak. Gabby pun terpaksa harus menggunakan alat bantu penglihatan karena matanya rusak.

Seorang gadis yang tak disebutkan namanya dijadikan bahan pengamatan para peneliti Jerman untuk menemukan obat anti-nyeri. Gadis yang tak disebutkan identitasnya itu menderita congenital insensitivity to pain (CIP), yang membuatnya dapat merasakan sentuhan tapi tak dapat merasakan rasa nyeri dan sakit.

Akibatnya gadis ini pernah kedapatan membakar dirinya sendiri, karena ia tak mampu mengatakan apakah sesuatu terlalu panas untuk disentuh dan kerap mengalami cedera karenanya.

(mer/vit)

Berita Terkait