Pakar kesehatan tidur dari RS Mitra Kemayoran, dr Andreas Prasadja, RPSGT, mengakui ada beberapa pasien dengan keluhan seperti itu. Namun sebetulnya, 'email apnea' tidak disebakan oleh gangguan fisiologis melainkan lebih dikarenakan oleh faktor kebiasaan.
"Kadang, beberapa orang karena terlalu serius, lalu menahan napas," kata dr Ade, demikian ia biasa disapa, saat dihubungi detikHealth, Selasa (19/11/2013).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengenai dampaknya, mantan eksekutif di perusahaan teknologi terkemuka Apple, Linda Stone mengaitkan 'email apnea' dengan risiko obesitas dan diabetes seperti pada sleep apnea. Namun menurut dr Ade, ada perbedaan antara 'email apnea' dengan sleep apnea.
"Yang pasti kebiasaan menahan napas saat terlalu serius tidak seberbahaya sleep apnea," kata dr Ade.
Menurut dr Ade, seseorang dengan gangguan yang kemudian dikenal sebagai 'email apnea' umumnya akan segera sadar begitu terasa sesak atau ada yang mengingatkan. Sedangkan pada sleep apnea, kondisi henti napas umumnya tidak disadari dan tidak ada yang mengingatkan sehingga bisa terjadi sepanjang malam.
Risiko jangka panjang yang dihadapi seseorang dengan sleep apnea memang sama seperti yang disebut Linda, antara lain obesitas dan diabetes. Bahkan ada pula penelitian yang mengaitkannya dengan gangguan jantung dan pembuluh darah, atau juga impotensi pada laki-laki.
(up/vta)











































