Dibandingkan di Indonesia, di luar negeri seperti Singapura pengobatan dengan stem cell sudah menjadi standar. "Tapi kita bersyukur di Indonesia sudah mulai ada penelitiannya. Kalau mau stem cell harus ke Singapura, prosesnya sangat panjang dan mahal. Oleh sebab itu saya optimistis di Indonesia terapi ini akan berkembang," tutur dr Yudi Her Oktaviono, SpJP(K), FIHA, FICA, FSCAI, selaku dokter ahli jantung dan pembuluh darah dalam seminar media yang diselenggarakan di Auditorium Prodia Tower, Jl Kramat Raya, Jakarta, Selasa (3/12/2013).
Dia menjelaskan terapi stem cell terbagi menjadi tiga jenis, yaitu autologus (sumber stem cell dari diri sendiri); syngenic (sumber stem cell dari saudara kembar identik); dan alogenik (sumber stem cell dari saudara kandung, orang tua atau orang lain).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terapi dengan menggunakan stem cell sekarang ini dikenal dengan regenerative medicine, yaitu terapi dengan tujuan memperbaharui atau memperbaiki sel/jaringan yang rusak atau tidak berfungsi.
"Sumber stem cell sendiri bisa didapat dari macam-macam bagian tubuh, di antaranya sumsum tulang, darah tepi, jaringan lemak dan sel masing-masing organ. Banyak jenisnya," ujar Dr Cynthia Retna Sartika, MSi, dari Prodia StemCell Indonesia (ProSTEM).
Terapi regeneratif ini sendiri menurut Dr Cynthia berawal dari saat sel telur dan sperma menyatu dan menjadi zygot (telur yang difertilisasi). "Manusia itu terbentuk dari satu sel, yang sekitar tiga minggu kemudian menjadi stem cell embrionik," lanjutnya.
(ajg/vta)











































