Detikhealth pun mencari tahu seberapa pentingkah penggunaan obat-obat yang bersinggungan dengan unsur babi dalam proses pembuatannya.
Dr. Masfar Salim, MS Ketua Bidang Kajian Obat dan Farmakoterapi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia menyebutkan beberapa obat yang menurutnya penting, namun bersinggungan dengan unsur babi. Di antaranya obat pengencer darah dengan nama generik E, dan juga vaksin P.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia pun memberikan sebuah contoh kasus menarik. Seorang pria muslim berusia 51 tahun datang dengan keluhan di dadanya. Setelah diperiksa, terungkap bahwa pria tersebut memiliki penyakit jantung koroner dan harus segera diberikan obat pengencer darah.
"Ada tiga tipe pengencer darah. Pertama E, yang hanya butuh diminum dua kali sehari. Lalu ada UFH yang penggunaanya secara suntik dan harus dipantau terus setiap 3-6 jam sekali. Yang terakhir ada F, namun tidak disarankan untuk pasien dengan kateter," jelasnya.
"Karena pria itu tidak ingin ada unsur babi dalam obatnya, ia pun tidak menggunakan E," ujar Dr. Masfar.
Dikatakannya lagi, saat ini E masih merupakan obat terbaik untuk mengencerkan darah pada pasien dengan penyakit jantung koroner.
Sementara untuk vaksin P, meski menggunakan enzim tripsin dari babi dalam proses pembuatannya, sampai pada saat ini masih digunakan di Indonesia. Pasalnya, vaksin tersebut ampuh untuk mencegah penyakit tulang.
"Sampai ditemukan ada vaksin baru, vaksin P masih akan digunakan di Indonesia. Kalau tidak nanti anak-anak kita akan tumbuh dengan kaki bengkok," pungkasnya.
Guru Besar Ilmu Mikrobiologi Klinik dari Universitas Indonesia, Prof dr Amin Soebandrio Ph.D Sp.MK, mengatakan, tripsin babi dalam pembuatan vaksin berfungsi sebagai katalisator. Jumlahnya sedikit, sementara proses purifying (pemurnian) dilakukan berkali-kali. Pada produk yang sudah siap pakai, jejak tripsin babi sudah tidak ditemukan lagi.
(up/up)











































