Ibu-ibu yang Pernah Mengandung Janin Batu Selama Puluhan Tahun

Ibu-ibu yang Pernah Mengandung Janin Batu Selama Puluhan Tahun

- detikHealth
Jumat, 13 Des 2013 15:36 WIB
Ibu-ibu yang Pernah Mengandung Janin Batu Selama Puluhan Tahun
ilustrasi (Foto: Thinkstock)
Jakarta - Terkadang ada beberapa perempuan yang tidak tahu bahwa dirinya hamil. Ironisnya, janin yang dikandung berada di tempat yang tidak tepat untuk perkembangannya, dan malah mengalami proses kalsifikasi alias pembatuan. Alhasil janin yang dikandung adalah janin batu.

Kasus semacam itu dikenal dengan litopedion. Dalam literatur medis, ada kurang dari 300 kasus yang dilaporkan. Kasus semacam ini umumnya baru ditemukan setelah sekian puluh tahun kemudian saat pasien memeriksakan dirinya dengan melibatkan sinar-X. Janin yang dilahirkan sudah membatu seperti mumi.

Nah, ini dia beberapa ibu yang pernah mengandung janin batu selama puluhan tahun, seperti dirangkum detikHealth dari berbagai sumber, Jumat (13/12/2013):

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


1. Nenek 82 Tahun di Kolombia

dok: news4sanantonio
Nenek berusia 82 tahun asal Bogota, Kolombia, ini mengeluh mengalami nyeri perut. Dia pun segera mendatangi dokter dan menjalani scan. Ternyata di dalam tubuhnya terdapat janin yang sudah berusia 40 tahun.

NTD TV melaporkan Dr Kemer Ramirez dari Rumah Sakit Tunjuelito Bogota mengatakan saat dokter memeriksa perempuan tua itu, memang terlihat ada sesuatu yang tidak normal di perutnya. Diduga ketidaknormalan itu adalah batu empedu. USG tidak menunjukkan apapun, namun berdasar radiografi terdeteksi adanya tumor di rongga perut si nenek. "Hal ini terjadi karena janin tidak berkembang di dalam rahim karena berada di tempat lain," ujar Dr Ramirez.

2. Nenek 92 Tahun di China

dok: weirdasianews
Kasus litopedion pernah diberitakan di China, di mana Huang Yijun yang berusia 92 tahun memiliki perut yang membesar, seolah terdapat sesuatu di dalamnya. Huang Yijun mengatakan kepada pers dia tidak punya uang untuk menjalani operasi. Dia sendiri sebenarnya sudah tahu bahwa dalam perutnya terdapat janin yang telah meninggal pada tahun 1948. Namun dia terpaksa membiarkannya selama lebih dari 50 tahun akibat tidak punya uang untuk operasi.

3. Nenek 68 Tahun di Prancis

Pada tahun 1582 ketika digelar autopsi atas seorang wanita Prancis berusia 68 tahun bernama Madame Colombe Chatri ditemukan terdapat janin batu di dalam rongga perutnya. Chatri dilaporkan selama puluhan tahun hidupnya mengalami perut bengkak, keras, dan menyakitkan sepanjang hidupnya. Janin batu itu telah bersemayam dalam tubuhnya selama 28 tahun.

Janin batu tersebut lantas dijual kepada seorang pedagang kaya di Prancis dan diletakkan di dalam museum di Paris. Namun fosil janin itu kemudian berpindah tangan selama beberapoa kali dan akhirnya pada 1653 disimpan di museum Kerajaan Denmark. Dua ratus tahun kemudian, janin batu dipindahkan ke Danish Museum of Natural History.

4. Nenek 70 Tahun di India

Seorang perempuan tua berusia 70 tahun mengeluhkan sakit perut selama beberapa waktu. Akhirnya dia pun dirawat di RS. Dalam pemeriksaan, betapa kagetnya para dokter saat mendapati janin yang telah menjadi batu. Ditengarai usia janin itu adalah 35 tahun.

dr Ram Reddy, dokter residen di RS SVS, Mahboobnagar, India, mengatakan janin itu diketahui telah turun ke perut peremouan tua itu seiring berjalannya waktu. Janin itu telah memiliki tangan, kaki, dan kepala yang saling terjerat. Panjang janin sekitar 35,5 cm. Untunglah operasi yang dijalani nenek itu berlangsung sukses. Untuk diketahui, meski di dalam tubuhnya ada kehamilan yang tidak lengkap namun perempuan itu sempat melahirkan 3 anak yang semuanya lahir hidup, di mana saat operasi pengeluaran janin batu dilakukan usianya antara 25-30 tahun.

5. Nenek 75 Tahun di Maroko

Pada tahun 1955, di sebuah desa kecil di luar Casablanca, Maroko, Zahra Aboutalib akan melahirkan. 48 Jam sudah Zahra berusaha melahirkan bayinya, namun si bayi tak kunjung lahir, sehingga dia dilarikan ke RS. Namun Zahra ketakutan luar biasa saat melihat seorang perempuan muda meninggal di atas meja operasi. Dengan panik, Zahra kabiur dari RS karena khawatir akan mengalami nasib yang sama.

Semula perutnya memang sakit, namun mendadak rasa sakit itu hilang. Dia pun meyakini adanya mitos di tempatnya tinggal terkait peristiwa 'janin tidur'. Sejak itu dia tidak lagi memikirkan tentang kehamilannya dan percaya suatu saat kelak jika janinnya sudah bangun maka akan lahir dengan sendirinya.

Beberapa waktu berlalu namun si bayi tak juga lahir. Zahra lantas mengadopsi tiga anak. Ketika usianya mencapai 75 tahun, rasa sakit kembali menyiksa. Namun beberapa dokter tidak bisa menjelaskan penyebab sakit perut itu. Kemudian Dr Taibi Quazzani yang memeriksa Zahra mencurigai tumor ovarium telah berkembang, sehingga Zahra perlu menjalani scan untuk memastikannya.

Hasil scan sungguh mengejutkan karena di dalam perut Zahra terdapat masa yang telah membatu. Rupanya masa itu adalah janin yang tidak dapat dilahirkannya. Janin itu berkembang di luar rahim dan menyatu dengan organ Zahra. Untuk melindungi diri dari infeksi 'benda asing' yang mati, tubuh mengembangkan lapisan sebagai bahan kalsifikasi di sekitar janin yang mati. Lapisan ini mengeras setelah bertahun-tahun.

Operasi untuk mengeluarkan janin batu berusia 47 tahun ini tergolong rumit karena selama beberapa dekade telah menyatu dengan kedua dinding perut Zahra dan organ internalnya. Zahra sebenarnya berisiko meninggal karena komplikasi berkali-kali selama bertahun-tahun. Bahkan disebutkan sebenarnya Zahra beruntung karena lari dari rumah sakit saat akan melahirkan. Sebab tanpa teknologi pemindaian yang memadai, kemungkinan petugas medis yang melakukan operasi caesar akan memotong tali pusat, sehingga berpotensi menyebabkan pendarahan internal yang parah.
Halaman 2 dari 6
Nenek berusia 82 tahun asal Bogota, Kolombia, ini mengeluh mengalami nyeri perut. Dia pun segera mendatangi dokter dan menjalani scan. Ternyata di dalam tubuhnya terdapat janin yang sudah berusia 40 tahun.

NTD TV melaporkan Dr Kemer Ramirez dari Rumah Sakit Tunjuelito Bogota mengatakan saat dokter memeriksa perempuan tua itu, memang terlihat ada sesuatu yang tidak normal di perutnya. Diduga ketidaknormalan itu adalah batu empedu. USG tidak menunjukkan apapun, namun berdasar radiografi terdeteksi adanya tumor di rongga perut si nenek. "Hal ini terjadi karena janin tidak berkembang di dalam rahim karena berada di tempat lain," ujar Dr Ramirez.

Kasus litopedion pernah diberitakan di China, di mana Huang Yijun yang berusia 92 tahun memiliki perut yang membesar, seolah terdapat sesuatu di dalamnya. Huang Yijun mengatakan kepada pers dia tidak punya uang untuk menjalani operasi. Dia sendiri sebenarnya sudah tahu bahwa dalam perutnya terdapat janin yang telah meninggal pada tahun 1948. Namun dia terpaksa membiarkannya selama lebih dari 50 tahun akibat tidak punya uang untuk operasi.

Pada tahun 1582 ketika digelar autopsi atas seorang wanita Prancis berusia 68 tahun bernama Madame Colombe Chatri ditemukan terdapat janin batu di dalam rongga perutnya. Chatri dilaporkan selama puluhan tahun hidupnya mengalami perut bengkak, keras, dan menyakitkan sepanjang hidupnya. Janin batu itu telah bersemayam dalam tubuhnya selama 28 tahun.

Janin batu tersebut lantas dijual kepada seorang pedagang kaya di Prancis dan diletakkan di dalam museum di Paris. Namun fosil janin itu kemudian berpindah tangan selama beberapoa kali dan akhirnya pada 1653 disimpan di museum Kerajaan Denmark. Dua ratus tahun kemudian, janin batu dipindahkan ke Danish Museum of Natural History.

Seorang perempuan tua berusia 70 tahun mengeluhkan sakit perut selama beberapa waktu. Akhirnya dia pun dirawat di RS. Dalam pemeriksaan, betapa kagetnya para dokter saat mendapati janin yang telah menjadi batu. Ditengarai usia janin itu adalah 35 tahun.

dr Ram Reddy, dokter residen di RS SVS, Mahboobnagar, India, mengatakan janin itu diketahui telah turun ke perut peremouan tua itu seiring berjalannya waktu. Janin itu telah memiliki tangan, kaki, dan kepala yang saling terjerat. Panjang janin sekitar 35,5 cm. Untunglah operasi yang dijalani nenek itu berlangsung sukses. Untuk diketahui, meski di dalam tubuhnya ada kehamilan yang tidak lengkap namun perempuan itu sempat melahirkan 3 anak yang semuanya lahir hidup, di mana saat operasi pengeluaran janin batu dilakukan usianya antara 25-30 tahun.

Pada tahun 1955, di sebuah desa kecil di luar Casablanca, Maroko, Zahra Aboutalib akan melahirkan. 48 Jam sudah Zahra berusaha melahirkan bayinya, namun si bayi tak kunjung lahir, sehingga dia dilarikan ke RS. Namun Zahra ketakutan luar biasa saat melihat seorang perempuan muda meninggal di atas meja operasi. Dengan panik, Zahra kabiur dari RS karena khawatir akan mengalami nasib yang sama.

Semula perutnya memang sakit, namun mendadak rasa sakit itu hilang. Dia pun meyakini adanya mitos di tempatnya tinggal terkait peristiwa 'janin tidur'. Sejak itu dia tidak lagi memikirkan tentang kehamilannya dan percaya suatu saat kelak jika janinnya sudah bangun maka akan lahir dengan sendirinya.

Beberapa waktu berlalu namun si bayi tak juga lahir. Zahra lantas mengadopsi tiga anak. Ketika usianya mencapai 75 tahun, rasa sakit kembali menyiksa. Namun beberapa dokter tidak bisa menjelaskan penyebab sakit perut itu. Kemudian Dr Taibi Quazzani yang memeriksa Zahra mencurigai tumor ovarium telah berkembang, sehingga Zahra perlu menjalani scan untuk memastikannya.

Hasil scan sungguh mengejutkan karena di dalam perut Zahra terdapat masa yang telah membatu. Rupanya masa itu adalah janin yang tidak dapat dilahirkannya. Janin itu berkembang di luar rahim dan menyatu dengan organ Zahra. Untuk melindungi diri dari infeksi 'benda asing' yang mati, tubuh mengembangkan lapisan sebagai bahan kalsifikasi di sekitar janin yang mati. Lapisan ini mengeras setelah bertahun-tahun.

Operasi untuk mengeluarkan janin batu berusia 47 tahun ini tergolong rumit karena selama beberapa dekade telah menyatu dengan kedua dinding perut Zahra dan organ internalnya. Zahra sebenarnya berisiko meninggal karena komplikasi berkali-kali selama bertahun-tahun. Bahkan disebutkan sebenarnya Zahra beruntung karena lari dari rumah sakit saat akan melahirkan. Sebab tanpa teknologi pemindaian yang memadai, kemungkinan petugas medis yang melakukan operasi caesar akan memotong tali pusat, sehingga berpotensi menyebabkan pendarahan internal yang parah.

(vta/up)

Berita Terkait