Membersihkan telinga dari kotoran bisa seperti membuang informasi penting. Hal ini karena para peneliti menemukan bahwa kotoran telinga dari berbagai ras juga memiliki bau tertentu, yang dapat menjadi indikator tentang kesehatan seseorang.
Penelitian dari para peneliti di Monell Chemical Senses Center di Philadelphia, melihat apakah informasi kesehatan dapat diperoleh dari kotoran telinga. Penelitian telah menunjukkan bahwa gen yang terkait dengan kecenderungan seseorang untuk memiliki bau ketiak, disebut ABCC11, juga terkait dengan warna dan tekstur kotoran telinga mereka.
Salah satu varian dari ABCC11, yang biasanya ditemukan pada orang keturunan Asia Timur, menyebabkan kotoran telinga kering, berwarna putih dan bau badan kurang. Sedangkan varian lain dari gen, sebagian besar ditemukan di antara orang-orang keturunan Afrika dan Eropa, menyebabkan kotoran telinga menjadi basah dan berwarna kuning kecokelatan, dan juga lebih mungkin menyebabkan bau badan.
Dalam studi yang mengaitkan bau badan dengan penyakit, ABCC11 telah menjadi hubungan antara keduanya. Sebagai contoh, sebuah studi 2009 yang dipublikasikan dalam The FASEB Journal, menemukan bahwa varian gen yang menyebabkan ketiak berbau dan kotoran telinga basah juga terkait dengan peningkatan risiko kanker payudara.
"Ternyata, jenis kotoran telinga telah dikaitkan dengan gen yang mengarah ke bau ketiak seseorang. Ini mungkin menjadi petunjuk menyelamatkan nyawa dengan deteksi dini dan pengobatan kanker payudara," kata Dr Gerald Weissmann, penulis jurnal, seperti dikutip dari Medical News Today, Senin (17/2/2014).
Mengetahui hal ini, para peneliti ingin melihat apakah kotoran telinga yang dipanaskan dapat menghasilkan informasi mengenai kesehatan seseorang. Mereka mengambil sampel kotoran telinga dari 16 laki-laki, yang setengahnya adalah orang Asia Timur dan setengahn lagi orang Eropa, dan dipanaskan dalam botol sampai mulai melepaskan bau.
Bau ini, secara molekuler dikenal sebagai senyawa organik volatil (volatile organic compounds atau VOC), kemudian dianalisis melalui spektrometri massa gas kromatografi, yang mengidentifikasi setiap molekul. Hasil pengujian menunjukkan bahwa 12 VOC hadir di antara semua laki-laki. Mereka juga menunjukkan perbedaan yang jelas antara kedua kelompok etnis, seperti 11 dari 12 VOC hadir pada konsentrasi yang lebih tinggi pada laki-laki berkulit putih dibandingkan dengan pria Asia.
Karena kotoran telinga dibuat dari campuran sekresi (keringat dan lemak), para peneliti percaya bahwa hal itu bisa menjadi sumber untuk tahap awal penyakit, karena aroma yang larut dalam lemak yang dipancarkan oleh penyakit terjebak dalam lemak dikeluarkan.
(mer/vit)











































