Striker Argentina, Lionel Messi dinobatkan sebagai pemain terbaik Piala Dunia Brasil 2014. Terbukti, gangguan hormon yang membuat pertumbuhan fisiknya terhambat tak menghalanginya untuk berprestasi.
Dikutip dari CNN, Senin (14/8/2014), pria kelahiran Rosario Argentina 24 Juni 1987 ini didiagnosis mengidap Growth Hormone Deficiency (GHD) atau kekurangan hormon pertumbuhan di usia 9 tahun. Secara fisik, pertumbuhannya terhenti saat mencapai usia 11 tahun, saat tinggi badannya baru 127 cm.
Impian untuk menjadi pemain bola profesional nyaris pupus. Terapi hormon untuk mengatasi gangguan kesehatannya sangat mahal, sekitar US$ 900/bulan. Gaji ayahnya yang cuma karyawan pabrik tidak cukup untuk membiayainya. Begitu pun klub lamanya di Argentina, Newell's Old Boys, hanya sanggup menganggung sebagian.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Suntikan hormon selama 3 tahun sukses memperbaiki tinggi badan Messi. Saat ini, FC Barcelona mencatat postur badan Messi setinggi 5 kaki 7 inchi atau sekitar 169,92 cm. Meski sudah sesuai dengan rata-rata tinggi badan orang Argentina, posturnya masih tetap terbilang pendek untuk ukuran Eropa.
Bermodalkan tekad dan juga bakat, pria berjuluk The Flea alias 'si Kutu' ini mampu memanfaatkan keterbatasan fisiknya tersebut sebagai kelebihan. Dengan center of gravity yang lebih rendah, ia mampu bergerak lebih lincah dan lebih stabil meski kerap kalah untuk duel udara.
Sayang, tim yang dibelanya gagal di Piala Dunia 2014. Di partai puncak, Argentina ditundukan oleh Jerman dengan skor 0-1 di babak kedua perpanjangan waktu. Namun begitu, si pengidap gangguan hormon pertumbuhan tetap mendapat penghargaan golden ball, sebagai pemain terbaik sepanjang turnamen.
(up/ine)











































