Asal Tak Berlebihan, Selfie Pun Ada Manfaatnya

Asal Tak Berlebihan, Selfie Pun Ada Manfaatnya

- detikHealth
Kamis, 14 Agu 2014 19:01 WIB
Asal Tak Berlebihan, Selfie Pun Ada Manfaatnya
Ilustrasi (Foto: Getty Images)
Jakarta - Meskipun ditengarai dapat memicu gangguan kepribadian, selfie atau memotret diri sendiri nyatanya juga mempunyai dampak positif. Tentu saja asal tidak dilakukan secara berlebihan.

Dampak positif dari selfie seperti apa yang dimaksud? Ikuti pemaparannya seperti dirangkum detikHealth dari bebragai sumber, Kamis (14/8/2014) berikut ini.

1. Kampanye untuk mencintai tubuh

Bethany Townsend (Foto: BBC)
Salah satunya dipelopori Bethany Townsend. Mantan model ini mengidap penyakit Crohn atau radang kronis pada usus sehingga harus memakai dua kantung kolonoskopi di perutnya kemanapun ia pergi.

Seusai selfie dan mem-posting fotonya tengah berjemur dengan memakai bikini dengan menyertakan tagar 'GetYourBellyOut', ratusan wanita pun beramai-ramai memamerkan foto perutnya, mulai dari yang hanya buncit ataupun yang memiliki bekas luka.

Di Tiongkok, kini sedang ngetren selfie dengan pose menunjukkan bulu ketiak. Tren ini berawal dari sebuah kompetisi yang digelar di Weibo atau Twitter ala Tiongkok bertajuk 'armpit best selfie'.

Usut punya usut, ternyata kompetisi ini sengaja digelar agar para wanita lebih percaya diri pada kecantikan alaminya, tak peduli rambut ketiaknya dicukur atau tidak.

2. Memberikan inspirasi

Rebecca Brown (Foot: Youtube)
Rebecca Brown mengidap kelainan langka yang disebut trikotilomania. Gangguan ini membuatnya secara tak sadar mencabuti rambutnya sendiri untuk mendapatkan rasa nyaman. Karena di-bully dan dijauhi teman-temannya, Brown sering menghabiskan waktu untuk selfie dan menceritakan pengalamannya di blognya, trichjournal.tumblr.com.

Foto-foto selfienya tadi juga dikompilasi menjadi video dan diunggah ke situs YouTube. Salah satu video memperlihatkan perubahan rambut Brown selama 6,5 tahun terakhir, yang dibuat dari kompilasi 2.100 foto selfie milik Brown.

Tanpa disangka, melalui video unggahannya tersebut, Brown dianggap telah menjadi pahlawan bagi ribuan penderita trikotilomania lainnya untuk tetap tegar dalam menghadapi penyakit tersebut.

3. Meditasi

Ilustrasi (Foto: Getty Images)
Seorang pakar kesehatan dari Australia bernama Matthew Johnstone berpendapat bahwa ponsel pintar tak melulu membuat seseorang jadi antisosial ataupun narsis. Bagi mereka yang selalu sibuk, baik dengan pekerjaan maupun urusan rumah tangga, smartphone bisa jadi sarana meditasi.

Di satu sisi, smartphone membantu orang yang bersangkutan untuk melatih kemampuan fotografinya. Di sisi lain, kebiasaan memotret segala hal, termasuk selfie merupakan cara yang cukup efektif untuk mengistirahatkan sejenak pikiran yang jenuh.

"Memotret sebuah objek, baik itu objek diam, bergerak, pemandangan atau diri sendiri juga merupakan bentuk aktivitas 'mindful' yang membuat pikiran lebih fokus pada sesuatu," terangnya.

4. Mendeteksi stroke mini

Stacey Yepes (Foto: CNN)
Stacey Yepes kerap mengalami gejala stroke selama tiga hari. Dan gejala itu muncul di waktu-waktu yang tak terduga seperti ketika tengah berkendara dengan mobil.

"Sensasi ini terjadi lagi, kesemutan terasa di bagian tubuhku sebelah kiri. Aku tidak tahu mengapa hal ini bisa terjadi padaku," tutur Selfie dalam videonya seperti dikutip dari CNN.

Benar saja, keesokan harinya saat memeriksakan diri ke Toronto Western Hospital, dokter merasa terbantu saat menemukan diagnosa bahwa Stacey mengalami serangan transient ischemic atau stroke mini akibat penumpukan plak di arterinya.

5. Menggalang dana untuk amal

Fiona Cunningham
Seorang remaja berusia 18 tahun bernama Fiona Cunningham mempelopori tren selfie dengan wajah tanpa make-up untuk menggalang dana bagi anak-anak pengidap kanker.

Pertama, ia membuat laman khusus di Facebook yang diberi nama NMUSFCA (No Makeup Selfies for Cancer Awareness). Dalam sehari, laman tersebut memperoleh 260 ribu 'likes' dari penjuru dunia. Setiap orang yang mengirim foto selfie ke laman tersebut diminta untuk menyumbangkan sejumlah uang ke rekening Cancer Research UK.

Tak sia-sia, berkat upayanya tersebut, Fiona berhasil mengumpulkan Rp 18 milyar untuk didonasikan pada penderita kanker. Bahkan setelah itu, mulai banyak bermunculan kampanye untuk penggalangan dana bagi pasien kanker dengan konsep serupa.

6. Mendeteksi penyakit kulit

Ilustrasi (Foto: Getty Images)
Bukan hanya untuk gaya-gayaan, selfie ternyata juga dapat membantu mendeteksi gangguan kulit di wajah. Caranya, setelah berfoto selfie, orang yang bersangkutan diminta mengirimkan hasil jepretannya ke dokter kulit.

Kemudian si dokter mengevaluasi foto tersebut, dan nantinya ia akan memberikan kepastian kepada orang yang bersangkutan apakah dari foto itu dapat ditemukan sesuatu yang berbahaya atau tidak dari kulitnya, atau apakah kondisi kulit tersebut butuh pemeriksaan lebih lanjut atau tidak.

Cara ini ditemukan oleh peneliti dari University of Pennsylvania.

7. Menyembuhkan anoreksia

Holly Temple (Foto: Youtube)
Holly Temple (17) didiagnosis dengan anoreksia, yang kemudian membuat bobotnya terus-menerus turun drastis. Tak ingin terus sakit, Holly menemukan cara unik untuk sembuh dan menggemuk, yakni dengan selfie setiap hari.

Dalam akun YouTube miliknya, Holly mengisahkan bagaimana anoreksia membuat dirinya sangat terobsesi dengan penurunan berat badan. Ia juga mengupload foto-foto selfienya dengan harapan agar upayanya dalam menaikkan berat badan setidaknya sedikit bisa terlihat dan termonitor.

Hal ini dibarengi Holly dengan memperbaiki pola makannya. Barulah setelah itu bobot Holly berangsur-angsur mulai naik, bahkan kini melebihi angka 53 kg.
Halaman 2 dari 8
Salah satunya dipelopori Bethany Townsend. Mantan model ini mengidap penyakit Crohn atau radang kronis pada usus sehingga harus memakai dua kantung kolonoskopi di perutnya kemanapun ia pergi.

Seusai selfie dan mem-posting fotonya tengah berjemur dengan memakai bikini dengan menyertakan tagar 'GetYourBellyOut', ratusan wanita pun beramai-ramai memamerkan foto perutnya, mulai dari yang hanya buncit ataupun yang memiliki bekas luka.

Di Tiongkok, kini sedang ngetren selfie dengan pose menunjukkan bulu ketiak. Tren ini berawal dari sebuah kompetisi yang digelar di Weibo atau Twitter ala Tiongkok bertajuk 'armpit best selfie'.

Usut punya usut, ternyata kompetisi ini sengaja digelar agar para wanita lebih percaya diri pada kecantikan alaminya, tak peduli rambut ketiaknya dicukur atau tidak.

Rebecca Brown mengidap kelainan langka yang disebut trikotilomania. Gangguan ini membuatnya secara tak sadar mencabuti rambutnya sendiri untuk mendapatkan rasa nyaman. Karena di-bully dan dijauhi teman-temannya, Brown sering menghabiskan waktu untuk selfie dan menceritakan pengalamannya di blognya, trichjournal.tumblr.com.

Foto-foto selfienya tadi juga dikompilasi menjadi video dan diunggah ke situs YouTube. Salah satu video memperlihatkan perubahan rambut Brown selama 6,5 tahun terakhir, yang dibuat dari kompilasi 2.100 foto selfie milik Brown.

Tanpa disangka, melalui video unggahannya tersebut, Brown dianggap telah menjadi pahlawan bagi ribuan penderita trikotilomania lainnya untuk tetap tegar dalam menghadapi penyakit tersebut.

Seorang pakar kesehatan dari Australia bernama Matthew Johnstone berpendapat bahwa ponsel pintar tak melulu membuat seseorang jadi antisosial ataupun narsis. Bagi mereka yang selalu sibuk, baik dengan pekerjaan maupun urusan rumah tangga, smartphone bisa jadi sarana meditasi.

Di satu sisi, smartphone membantu orang yang bersangkutan untuk melatih kemampuan fotografinya. Di sisi lain, kebiasaan memotret segala hal, termasuk selfie merupakan cara yang cukup efektif untuk mengistirahatkan sejenak pikiran yang jenuh.

"Memotret sebuah objek, baik itu objek diam, bergerak, pemandangan atau diri sendiri juga merupakan bentuk aktivitas 'mindful' yang membuat pikiran lebih fokus pada sesuatu," terangnya.

Stacey Yepes kerap mengalami gejala stroke selama tiga hari. Dan gejala itu muncul di waktu-waktu yang tak terduga seperti ketika tengah berkendara dengan mobil.

"Sensasi ini terjadi lagi, kesemutan terasa di bagian tubuhku sebelah kiri. Aku tidak tahu mengapa hal ini bisa terjadi padaku," tutur Selfie dalam videonya seperti dikutip dari CNN.

Benar saja, keesokan harinya saat memeriksakan diri ke Toronto Western Hospital, dokter merasa terbantu saat menemukan diagnosa bahwa Stacey mengalami serangan transient ischemic atau stroke mini akibat penumpukan plak di arterinya.

Seorang remaja berusia 18 tahun bernama Fiona Cunningham mempelopori tren selfie dengan wajah tanpa make-up untuk menggalang dana bagi anak-anak pengidap kanker.

Pertama, ia membuat laman khusus di Facebook yang diberi nama NMUSFCA (No Makeup Selfies for Cancer Awareness). Dalam sehari, laman tersebut memperoleh 260 ribu 'likes' dari penjuru dunia. Setiap orang yang mengirim foto selfie ke laman tersebut diminta untuk menyumbangkan sejumlah uang ke rekening Cancer Research UK.

Tak sia-sia, berkat upayanya tersebut, Fiona berhasil mengumpulkan Rp 18 milyar untuk didonasikan pada penderita kanker. Bahkan setelah itu, mulai banyak bermunculan kampanye untuk penggalangan dana bagi pasien kanker dengan konsep serupa.

Bukan hanya untuk gaya-gayaan, selfie ternyata juga dapat membantu mendeteksi gangguan kulit di wajah. Caranya, setelah berfoto selfie, orang yang bersangkutan diminta mengirimkan hasil jepretannya ke dokter kulit.

Kemudian si dokter mengevaluasi foto tersebut, dan nantinya ia akan memberikan kepastian kepada orang yang bersangkutan apakah dari foto itu dapat ditemukan sesuatu yang berbahaya atau tidak dari kulitnya, atau apakah kondisi kulit tersebut butuh pemeriksaan lebih lanjut atau tidak.

Cara ini ditemukan oleh peneliti dari University of Pennsylvania.

Holly Temple (17) didiagnosis dengan anoreksia, yang kemudian membuat bobotnya terus-menerus turun drastis. Tak ingin terus sakit, Holly menemukan cara unik untuk sembuh dan menggemuk, yakni dengan selfie setiap hari.

Dalam akun YouTube miliknya, Holly mengisahkan bagaimana anoreksia membuat dirinya sangat terobsesi dengan penurunan berat badan. Ia juga mengupload foto-foto selfienya dengan harapan agar upayanya dalam menaikkan berat badan setidaknya sedikit bisa terlihat dan termonitor.

Hal ini dibarengi Holly dengan memperbaiki pola makannya. Barulah setelah itu bobot Holly berangsur-angsur mulai naik, bahkan kini melebihi angka 53 kg.

(lil/up)

Berita Terkait