Antibiotik Pada Hewan Tidak Terkontrol, Penyakit Pun Susah Sembuh

Antibiotik Pada Hewan Tidak Terkontrol, Penyakit Pun Susah Sembuh

- detikHealth
Kamis, 21 Agu 2014 07:32 WIB
Antibiotik Pada Hewan Tidak Terkontrol, Penyakit Pun Susah Sembuh
Ilustrasi (Foto: Thinkstock)
Jakarta - Penggunaan antibiotik pada hewan bertujuan sama seperti pada manusia, yakni untuk mengobati infeksi. Sebab penyakit-penyakit pada hewan juga banyak yang dipicu oleh mikroorganisme.

Akan tetapi, penggunaan antibiotik pada hewan banyak disalahgunakan. Hewan-hewan yang diberi antibiotik banyak yang kemudian malah menjadi gemuk. Akibatnya justru efek samping antibiotik yang dimanfaatkan, yakni untuk menggemukkan hewan ternak supaya cepat gemuk dan kalau dipotong dagingnya jadi lebih banyak.

Penggunaan antibiotik tersebut menjadi perbincangan dalam konferensi internasional Global Health Security Agenda (GHSA) di Hotel Shangri-La, Jakarta, pada hari Rabu (20/8/2014). Konferensi ini sendiri dihadiri oleh 37 negara dan badan dunia seperti World Health Organization (WHO), Food and Agriculture Organisation (FAO), dan World Organization for Animal Health (OIE).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pertemuan internasional ini akan membahas ketahanan global terkait penyakit infeksi menular yang ditularkan oleh hewan atau zoonosis. Banyak penyakit menular dari hewan yang kini tengah mewabah di dunia semakin resisten terhadap antibiotik. Menurut perwakilan dari Belanda, Herbert Barnard, hal itu disebabkan oleh penggunaan antibiotik pada hewan yang sembarangan.

Barnard mengatakan mikroorganisme yang ada pada hewan akan membentuk kekebalan terhadap antibiotik sebelum menginfeksi manusia. Jika sudah menginfeksi maka penyakit akan sulit disembuhkan.

Bakteri seperti Salmonella atau Escherichia coli penyebab masalah pencernaan yang dapat ditemukan pada hewan dan makanan dilaporkan mulai membentuk kekebalan antibiotik.

"Pertama resistensi mikrob harus dihadapi bersama, kami tidak bisa mengatasinya sendirian. Kedua kita harus gunakan antibiotik secara bijak, hanya gunakan jika benar-benar perlu. Terakhir kita benar-benar harus kembangkan jenis antibiotik baru," papar Barnard, seperti ditulis Kamis (21/8/2014).

(up/up)

Berita Terkait