Padahal menurut dr Elly D Arifin, SpKK, dokter yang sempat merawat Ari, obat yang diberikan untuk Ari tak harus bayar. Termasuk obat pelembab kulit yang harganya termasuk mahal.
"Jadi kita sebagai dokter yang merawat juga membantu dengan berbagai cara ya. Waktu itu kan belum ada BPJS jadinya pengobatan belum ditanggung negara. Jadi saya minta bantuan ke berbagai pihak, akhirnya ada industri farmasi yang mau membantu memberikan obat pelembab Ari yang mahal secara gratis," tutur dr Elly kepada detikHealth, saat ditemui di RSUD Tangerang, Jl Ahmad Yani, Tangerang, Banten, Jumat (25/9/2014).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sayangnya, Ari tak melanjutkan pengobatan di RSUD Tangerang. dr Elly menuturkan Ari melakukan pengobatan ke rumah sakit tak sampai 10 kali. Ia pun mengaku bingung mengapa keluarga akhirnya memutuskan untuk menghentikan pengobatan.
"Mungkin alasannya biaya transportasi ya. Dia waktu itu sudah dirujuk ke RSCM juga cuma karena jauh sehingga biaya transportasi mahal, akhirnya memutuskan berobat jalan di sini. Nggak sampai 10 kali setelah itu nggak pernah datang lagi," terang dokter yang sudah 29 tahun mengabdi di RSUD Tangerang tersebut.
Kendati begitu, dr Elly dan rekan-rekannya dari RSUD Tangerang mengaku siap menerima dengan tangan terbuka jika akhirnya Ari memutuskan untuk melanjutkan pengobatan. Karena sudah ada sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), biaya yang harus ditanggung keluarga tentunya tidak sebesar dulu.
"Ya iya dong. Kalau nanti dia memutuskan untuk berobat lagi akan kita layani. Namanya kita dokter, kan pelayan masyarakat. Apalagi sekarang sudah ada BPJS dan JKN. Minimal dia bisa dapat obat minum untuk mengurangi rasa gatal akibat kulitnya," tandas dr Elly.
Sebelumnya kakek Ari, Sarpan, mengatakan Ari memang sudah pernah dibawa ke rumah sakit oleh keluarga bertahun-tahun yang lalu. Hanya saja menurut Sarpan, RSUD Tangerang tempat Ari berobat angkat tangan dan hanya memberikan pengobatan rawat jalan. Bahkan pengobatan alternatif pun sudah pernah dicobanya, namun berbagai upaya tersebut tak membuahkan hasil.
Akhirnya, Sarpan pun pasrah. Dia hanya memberikan salep, obat tetes mata dan obat tetes kuping untuk mencegah kulit Ari mengeras. Selain itu Ari juga kerap dibekali sebotol air untuk membasuh kulitnya. Jika tidak dibasuh 30 menit sekali, kulit Ari bisa mengeras.
Dikatakan Sarpan, biaya pengobatan Ari bisa mencapai kurang lebih Rp 2 jutaan tiap bulannya. "Salepnya mahal pak. Saya belinya harus mesan di apotik khusus. Belum lagi obat tetes mata, obat tetes kupingnya. Bisa lebih dari Rp 2 jutaan per bulan," ujar Sarpan.
(rsm/vit)











































