Efek Aneh Gigitan Ular: Dari Pecah Limpa Hingga Balik ke Masa Puber

Efek Aneh Gigitan Ular: Dari Pecah Limpa Hingga Balik ke Masa Puber

- detikHealth
Jumat, 03 Okt 2014 12:30 WIB
Efek Aneh Gigitan Ular: Dari Pecah Limpa Hingga Balik ke Masa Puber
Ilustrasi (dok: Thinkstock)
Jakarta -

Gigitan ular berbisa bisa memunculkan efek yang beragam, tergantung jenis ular dan kekuatan bisanya. Dalam beberapa kasus, efeknya sangat fatal dan tidak terbayangkan. Salah satunya, kembali mengalami tanda-tanda pubertas.

Ada lebih dari 3.000 spesies ular di seluruh dunia, namun diperkirakan hanya sekitar 600 spesies yang berbisa. Itu pun, hanya 200 yang dianggap benar-benar berbahaya bagi manusia dan memicu masalah kesehatan.

Kembali soal efek gigitan ular, berikut ini beberapa kasus unik yang pernah dilaporkan seperti dikutip dari Livescience, Jumat (3/10/2014).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Pecah limpa

Seekor ular pit viper Asia menggigit seorang pria di Korea, tepat di kaki kanannya. Si pria kemudian mengalami pecah limpa dan kasusnya dilaporkan dalam jurnal Wilderness and Environmental Medicine.

Pasien berusia 60 tahun digigit saat sedang memetik buah pir di kebun lalu dilarikan ke sebuah rumah sakit. Dia mendapatkan anti-bisa 2  jam setelah gigitan, namun pada hari ketiha kakinya bengkak dan sakitnya semakin menjadi-jadi.

Darahnya sulit membeku, atau dalam bahasa medis disebut coagulopathy. Kondisi ini tidak teratasi meski diberikan dosis tambahan untuk antibisa.

Hari berikutnya, pasien mengalami nyeri perut. Dokter menemukan limpanya pecah dan meyakini, coagulopathy yang dialami pasien adalah dampak dari kondisi ini.

Setelah limpanya diangkat, pasien ini diperbolehkan meninggalkan rumah sakit pada hari ke-20 perawatan.

2. Pengulangan masa pubertas

Ilustrasi (dok: Thinkstock)
Dalam beberapa kasus, gigitan ular Russell's viper yang hidup di Asia Selatan dan Tenggara bsia memicu perdarahan di kelenjar pituitary. Kerusakan akan mengganggu salah satu fungsi kelenjar tersebut, yakni memproduksi hormon seksual.

Sebuah laporan ilmiah tahun 1987 di jurnal Lancet menganalisis 33 kasus gigitan ular ini. Beberapa pasien mengalami ketidaknormalan hormonal, yang berdampak pada libido yang menurun. Bahkan, rambut halus di ketiak dan sekitar kemaluan menipis, seperti kembali ke awal masa pubertas.

Efek ini, diakui sangat langka dan hanya terjadi pada beberapa populasi ular Russell's viper. DI seluruh dunia, diperkirakan hanya ada 4-5 spot. Kabar buruknya, efek hormonal ini konon tidak bisa dipulihkan.

3. Daging tumbuh di kaki

Reaksi ekstrem akibat gigitan ular bisa muncul tertunda. Dalam sebuah kasus, perempuan 66 tahun mengalami pembesaran di kaki. Massa berukuran besar di kakinya muncul lebih dari 50 tahun setelah gigitan yang dialaminya pada usia 14 tahun.

Massa di kakinya tidak terasa sakit, tetapi sangat kelihatan sejak pasien berusia 50 tahun. Kasus ini dilaporkan dalam jurnal ilmiah Medical Case Reports.

Saat dokter memeriksa massa tersebut dengan sinar-X, mereka menemukan rongga yang terbungkus membran. Lima tahun kemudian, pemeriksaan sinar-X menunjukkan bahwa massa tersebut terinfeksi dan merobek kulit pasien. Dokter pun mengangkat massa tersebut dan lukanya sembuh sempurna 1 bulan setelah operasi.
Halaman 2 dari 4
Seekor ular pit viper Asia menggigit seorang pria di Korea, tepat di kaki kanannya. Si pria kemudian mengalami pecah limpa dan kasusnya dilaporkan dalam jurnal Wilderness and Environmental Medicine.

Pasien berusia 60 tahun digigit saat sedang memetik buah pir di kebun lalu dilarikan ke sebuah rumah sakit. Dia mendapatkan anti-bisa 2  jam setelah gigitan, namun pada hari ketiha kakinya bengkak dan sakitnya semakin menjadi-jadi.

Darahnya sulit membeku, atau dalam bahasa medis disebut coagulopathy. Kondisi ini tidak teratasi meski diberikan dosis tambahan untuk antibisa.

Hari berikutnya, pasien mengalami nyeri perut. Dokter menemukan limpanya pecah dan meyakini, coagulopathy yang dialami pasien adalah dampak dari kondisi ini.

Setelah limpanya diangkat, pasien ini diperbolehkan meninggalkan rumah sakit pada hari ke-20 perawatan.

Dalam beberapa kasus, gigitan ular Russell's viper yang hidup di Asia Selatan dan Tenggara bsia memicu perdarahan di kelenjar pituitary. Kerusakan akan mengganggu salah satu fungsi kelenjar tersebut, yakni memproduksi hormon seksual.

Sebuah laporan ilmiah tahun 1987 di jurnal Lancet menganalisis 33 kasus gigitan ular ini. Beberapa pasien mengalami ketidaknormalan hormonal, yang berdampak pada libido yang menurun. Bahkan, rambut halus di ketiak dan sekitar kemaluan menipis, seperti kembali ke awal masa pubertas.

Efek ini, diakui sangat langka dan hanya terjadi pada beberapa populasi ular Russell's viper. DI seluruh dunia, diperkirakan hanya ada 4-5 spot. Kabar buruknya, efek hormonal ini konon tidak bisa dipulihkan.

Reaksi ekstrem akibat gigitan ular bisa muncul tertunda. Dalam sebuah kasus, perempuan 66 tahun mengalami pembesaran di kaki. Massa berukuran besar di kakinya muncul lebih dari 50 tahun setelah gigitan yang dialaminya pada usia 14 tahun.

Massa di kakinya tidak terasa sakit, tetapi sangat kelihatan sejak pasien berusia 50 tahun. Kasus ini dilaporkan dalam jurnal ilmiah Medical Case Reports.

Saat dokter memeriksa massa tersebut dengan sinar-X, mereka menemukan rongga yang terbungkus membran. Lima tahun kemudian, pemeriksaan sinar-X menunjukkan bahwa massa tersebut terinfeksi dan merobek kulit pasien. Dokter pun mengangkat massa tersebut dan lukanya sembuh sempurna 1 bulan setelah operasi.

(up/vit)

Berita Terkait