4 Alasan untuk Tidak Percaya Iklan Obat Aborsi

Aborsi dan Obat Palsu

4 Alasan untuk Tidak Percaya Iklan Obat Aborsi

- detikHealth
Jumat, 31 Okt 2014 10:03 WIB
4 Alasan untuk Tidak Percaya Iklan Obat Aborsi
Jakarta -

Dalam beberapa pekan terakhir, sedikitnya 2 blogger ditangkap polisi karena berjualan obat aborsi di internet. Para ahli farmasi tidak menganjurkan untuk membeli obat secara online, terlebih jika diklaim sebagai obat aborsi.

Dalam 2 kasus yang terungkap di Bandung, Jawa Barat, penjual obat aborsi menawarkan dagangannya lewat internet. Jika ada pemesan, obat akan dikirim melalui jasa ekspedisi. Jika masih dalam jangkauan, bisa juga diantar langsung dengan metode pembayaran COD (Cash on Delivery).

Jangan dulu tergoda meski mungkin pernah mendengar testimoni yang baik-baik dari pelanggan yang lain. Ada banyak alasan untuk tidak percaya, di antaranya adalah sebagai berikut seperti dirangkum detikHealth, Jumat (31/10/2014).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Kemungkinan besar palsu

Obat bukan barang dagangan yang boleh diperjual-belikan secara sembarangan. Ada jalur khusus seperti apotek dan toko obat, dan harus dilayani oleh tenaga kefarmasian yang berizin.

Terlebih untuk obat-obat keras yang seharusnya hanya dibeli dengan resep dokter, 'haram' hukumnya dijual selain di apotek. Di luar jalur resmi, risiko untuk mendapatkan obat palsu sangat besar.

"WHO mengatakan bahwa 50 persen obat palsu dijual secara online," pesan Roy Sparringa, Kepala BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) saat dihubungi detikHealth.

2. Ilegal

Obat-obat yang biasa ditawarkan dengan klaim sebagai obat aborsi umumnya adalah obat keras. Peraturan menyebutkan obat-obat tertentu hanya bisa dibeli dengan resep dokter di apotek. Harus pula dilayani oleh seorang apoteker.

"Dihindari saja lah. Obat kan harus ada izin, harus pakai resep dokter. Kalau nggak pakai resep, nggak boleh," kata Drs Nurul Falah Eddy Pariang, Apt, Ketua Umum Ikatan Apoteker Indonesia (IAI).

3. Tidak terjamin

Karena ilegal, maka tidak ada jaminan tentang keamanannya. Jika ada efek samping yang tidak diharapkan, konsumen tidak mendapat fasilitas pengaduan. Apalagi, obat-obat untuk menggugurkan kandungan punya risiko yang tidak main-main.

"Obat ini jelas berbahaya bagi keselamatan jiwa. Selain menimbulkan pendarahan, efek penggunaan obat itu bisa menggangu otak dan jantung," kata Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Kota Bandung, Susatyo Triwilopo.

"Kalau janinnya ternyata kuat, kemudian hari dampaknya janin akan cacat," tambah Susatyo.

4. Bukan khasiat sesungguhnya

Dari beberapa jenis obat yang diklaim sebagai obat aborsi dan dijual secara ilegal di internet, salah satu yang paling populer justru bukan obat aborsi. Penggunaan obat tidak sesuai dengan peruntukannya tentu mengundang risiko, apalagi tanpa pengawasan tenaga medis yang kompeten di bidang tersebut.

"Yang saya tahu, yang dijual online itu obat lambung yang bukan peruntukannya untuk ke sana (aborsi) tapi disalahgunakan," kata Roy.
Halaman 2 dari 5
Obat bukan barang dagangan yang boleh diperjual-belikan secara sembarangan. Ada jalur khusus seperti apotek dan toko obat, dan harus dilayani oleh tenaga kefarmasian yang berizin.

Terlebih untuk obat-obat keras yang seharusnya hanya dibeli dengan resep dokter, 'haram' hukumnya dijual selain di apotek. Di luar jalur resmi, risiko untuk mendapatkan obat palsu sangat besar.

"WHO mengatakan bahwa 50 persen obat palsu dijual secara online," pesan Roy Sparringa, Kepala BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) saat dihubungi detikHealth.

Obat-obat yang biasa ditawarkan dengan klaim sebagai obat aborsi umumnya adalah obat keras. Peraturan menyebutkan obat-obat tertentu hanya bisa dibeli dengan resep dokter di apotek. Harus pula dilayani oleh seorang apoteker.

"Dihindari saja lah. Obat kan harus ada izin, harus pakai resep dokter. Kalau nggak pakai resep, nggak boleh," kata Drs Nurul Falah Eddy Pariang, Apt, Ketua Umum Ikatan Apoteker Indonesia (IAI).

Karena ilegal, maka tidak ada jaminan tentang keamanannya. Jika ada efek samping yang tidak diharapkan, konsumen tidak mendapat fasilitas pengaduan. Apalagi, obat-obat untuk menggugurkan kandungan punya risiko yang tidak main-main.

"Obat ini jelas berbahaya bagi keselamatan jiwa. Selain menimbulkan pendarahan, efek penggunaan obat itu bisa menggangu otak dan jantung," kata Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Kota Bandung, Susatyo Triwilopo.

"Kalau janinnya ternyata kuat, kemudian hari dampaknya janin akan cacat," tambah Susatyo.

Dari beberapa jenis obat yang diklaim sebagai obat aborsi dan dijual secara ilegal di internet, salah satu yang paling populer justru bukan obat aborsi. Penggunaan obat tidak sesuai dengan peruntukannya tentu mengundang risiko, apalagi tanpa pengawasan tenaga medis yang kompeten di bidang tersebut.

"Yang saya tahu, yang dijual online itu obat lambung yang bukan peruntukannya untuk ke sana (aborsi) tapi disalahgunakan," kata Roy.

(up/vit)

Berita Terkait