Vasektomi Jadi Andalan Sulbar untuk Tekan Angka Kelahiran Penduduk

Vasektomi Jadi Andalan Sulbar untuk Tekan Angka Kelahiran Penduduk

- detikHealth
Senin, 17 Nov 2014 18:46 WIB
Vasektomi Jadi Andalan Sulbar untuk Tekan Angka Kelahiran Penduduk
Ilustrasi (Foto: Thinkstock)
Mamuju - Pertumbuhan penduduk yang melebihi target masih menjadi masalah di Sulawesi Barat. Untuk mengakalinya, pemerintah setempat ternyata tidak hanya mencanangkan program Keluarga Berencana (KB) untuk istri saja.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, dr Ahmad Azis, MKes, mengatakan bahwa program KB jangka panjang melalui IUD yang dicanangkan pemerintah tidak berhasil. Ia pun akhirnya menggalakkan program KB kepada para suami, dengan cara mensosialisasikan vasektomi.

"Kami lihat kemarin d‎engan memaksakan IUD untuk KB para istri tidak berhasil. Pasang sekarang gratis lalu mereka copot di tempat lain dua hari kemudian. Akhirnya kami memilih menyasar para suami dengan menggunakan program vasektomi," tutur dr Azis ditemui di sela-sela kunjungan kerja Kemenkes di Mamuju, Sulawesi Barat, Senin (17/11/2014).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sosialisasi soal vasektomi memang sedang gencar-gencarnya dilakukan di Sulbar. Pengamatan detikHealth, berbagai macam bentuk pesan mulai dari baliho, poster hingga mural soal ajakan untuk melakukan vasektomi banyak ditemui di jalanan kota Mamuju.

Slogan seperti 'Vasektomi, pria tetap perkasa' serta 'Pria sejati pasti lakukan vasektomi' mudah ditemui di jalanan. dr Azis mengatakan bahwa kampanye tersebut memang sengaja digalakkan untuk menarik partisipasi kaum adam dalam melaksanakan program KB di daerahnya.

"Kami sampaikan bahwa pria juga bisa berperan dalam program KB bagi keluarga. Bukan hanya istri. Sehingga para suami tersebut juga akan memiliki peran penting dalam mensukseskan KB," tandasnya lagi.

Sosialisasi vasektomi ini memang bukan tanpa halangan. dr Azis mengatakan bahwa karena kurangnya informasi, banyak warga awalnya menolak karena menyangka vasektomi sama halnya dengan 'dikebiri'. Dengan kata lain, mereka takut program vasektomi akan memotong atau menghilangkan alat vital sehingga tidak bisa lagi melakukan hubungan seksual.

"Padahal tidak seperti itu kan. Kami sampaikan, kami jelaskan bahwa ini saluran sperma, ini saluran kencing. Jadi kalau vasektomi, saluran sperma yang diikat atau dipotong. Bukan alat vitalnya yang dikebiri," tuturnya lagi.

Untuk menambah keyakinan masyarakat soal amannya program vasektomi, Dinas Kesehatan pun merekrut para pria yang sudah terlebih dahulu melakukan program tersebut untuk menjadi kader sosialisasi. Harapannya, kekhawatiran masyarakat akan hilang karena yang melakukan sosialisasi adalah pelaku sendiri.

Kepala Kantor Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Mamuju, Hj Mashitah Syam, mengatakan bahwa persentase pria yang melakukan vasektomi di Mamuju cukup tinggi. Hal ini merupakan imbas dari sosialisasi berantai seperti yang disebutkan oleh dr Azis.

"Di Mamuju sendiri sudah 35 persen prianya melakukan vasektomi. Rata-rata memang yang sudah di atas 30 tahun dan sudah menikah, serta memiliki anak lebih dari dua," tuturnya.

Dengan menggalakkan program vasektomi, bukan berarti Pemda Mamuju siap memberikan vasektomi pada siapapun yang ingin. Karena keterbatasan tenaga dan fasilitas, Dinkes pun harus melakukan skrining agar pasien yang di vasektomi benar-benar akan berkontribusi terhadap penurunan angka kelahiran.

"Yaitu kelemahannya di kita hanya ada satu dokter yang bisa melakukannya. Sehingga skrining pasien harus dilakukan dengan ketat karena sejujurnya, kami kekurangan tenaga," tandas dr Azis lagi.



(mrs/up)

Berita Terkait