Saat merebus mi instan, air rebusan akan berwarna keruh. Akibatnya, tak sedikit muncul kekhawatiran bahwa mi instan dilapisi lilin agar tahan lama sehingga saat direbus air yang digunakan akan berubah menjadi keruh.
"Itu mitos, tidak ada bahan lilin. Sebab, proses pembuatan mi instan seperti ibu bikin adonan pasta saja. Cuma memang minya ini digoreng sampai kering (deep fried)," tutur Astri Kurniati S.T, MAppSc dari Nutrifood Research Centre.
Ia menambahkan, data Food Research International tahun 2008 menyebutkan karena proses deep fried tersebutlah mi instan menjadi lebih awet. Selain itu, deep fried juga menyebabkan mi instan kaya akan lemak jenuh sehingga tidak dianjurkan untuk dikonsumsi berlebihan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain membatasi konsumsi mi instan, jika memang ingin mengonsumsi mi instan, Astri menyarankan kombinasikan mi dengan sayuran seperti sawi, kol, dan tomat, serta tambahan telur sebagai sumber protein. Jika dibutuhkan, bisa merebus mi dua kali dengan mengganti air rebusan yang pertama.
Anda juga bisa mengurangi penggunaan bumbu mi karena dengan begitu, setidaknya Anda sudah memangkas jumlah asupan garam harian. Sebab, dalam bumbu mi instan, atau bumbu produk makanan instan lain garam umumnya digunakan sebagai penambah rasa.
"Boleh makan mi tapi sebaiknya dibatasi dan diakali ketika mengonsumsi minya," ujar Astri.
(rdn/up)











































