Berbagai Macam Efek Putus Cinta, Mulai Dari Rasa Nyeri Hingga Kecanduan

Berbagai Macam Efek Putus Cinta, Mulai Dari Rasa Nyeri Hingga Kecanduan

- detikHealth
Senin, 05 Jan 2015 14:37 WIB
Berbagai Macam Efek Putus Cinta, Mulai Dari Rasa Nyeri Hingga Kecanduan
Illustrasi: Thinkstock
Jakarta - Perasaan Anda kacau balau, tidak bisa makan, dan juga tidak bisa tidur itu lah beberapa hal yang mungkin terjadi pada orang yang sedang patah hati. Akan tetapi lebih dari itu, ternyata patah hati punya efek langsung terhadap kesehatan seseorang.

Para dokter setuju bahwa hormon stres yang dihasilkan setelah perpisahan dengan pasangan dapat merusak tubuh dan mengganggu kesehatan.

Dari rasa nyeri sampai munculnya kecanduan, dikutip dari berbagai sumber pada Senin (5/1/2015) berikut adalah efek-efek patah hati yang bisa timbul:

1. Nyeri dada

Illustrasi: Thinkstock
Seperti disengat sesuatu di dada, penolakan sosial rasanya benar-benar sakit. Peneliti dari Universitas Columbia di New York mengatakan bahwa rasa nyeri itu benar-benar terjadi dan bukan imajinasi belaka.

Peneliti menemukan bahwa rasa sakit akibat rasa emosional yang kuat bisa mengaktifkan jalur saraf yang sama seperti seseorang merasakan rasa sakit secara fisik. Kondisi ini menunjukkan bahwa penolakan memang benar-benar membuat orang sakit selayaknya rasa sakit yang muncul di fisik.

"Secara harfiah penolakan memang sakit sehingga membuat kita ingin menghindari penolakan," ujar salah satu peneliti, Edward Smith.

2. Serangan jantung

Illustrasi: Thinkstock
Setelah pertengkaran terjadi dan hubungan cinta putus, tubuh dibanjiri oleh hormon stres kortisol dan adrenalin. Hal ini mengakibatkan jantung berdetak lebih kencang dan bisa memicu ritme yang tidak normal.

Ahli kardiologi dan ketua Sexual Advice Association, Inggris, Dr Graham Jackson mengatakan orang yang patah hati rentan terkena serangan jantung pada minggu pertama atau kedua setelah putus hubungan.

"Saat jantung berdetak terlalu cepat arteri Anda akan menyempit yang normalnya tidak signifikan, tapi terpengaruh stres arteri bisa menyempit secara signifikan," kata Jackson.

"Orang-orang yang memiliki stres seperti ini seperti memberi jantungnya kokain. Stres dapat membawa risiko gejala serangan jantung meskipun tidak ada penyumbatan pada arteri," imbuhnya.

3. Kesulitan bergerak

Illustrasi: Thinkstock
Menurut studi yang dilakukan oleh peneliti dari University of Texas, sekitar 23 persen orang yang pernah melalui perceraian akan lebih berkemungkinan memiliki masalah mobilitas.

Berkaitan dengan hal tersebut Fisioterapis dari London, Sammy Margo, mengatakan beberapa orang datang padanya dengan keluhan sakit dibeberapa bagian tubuhnya. Setelah diselidiki mereka tidak pernah mengalami kecelakaan, tapi pernah merasakan gagal hubungan.

"Stres yang dihasilkan dapat membuat otot menjadi kejang dan mengencang. Jika ini terjadi pada bagian tubuh yang memang dari awal sudah lemah, otot yang memendek dan mengencang dapat menyebabkan rasa sakit," kata Margo.

Akibatnya orang akan sulit menggerakkan otot-otot tersebut sehingga bergerak pun menjadi tantangan.

4. Kulit rusak

Illustrasi: Thinkstock
Stres yang dihasilkan saat putus hubungan memiliki dampak buruk bagi berbagai bagian tubuh tidak terkecuali kulit.

Dermatologis dari SKN Clinic London, Dr Daron Seukerman, mengatakan banjir hormon stres pada tubuh setelah putus cinta dapat mempengaruhi kesehatan dalam berbagai cara.

"Setiap dermatologi menyadari bahwa saat pasien sedang patah hati beberapa kondisi bisa memburuk," kata Seukerman.

Beberapa studi dan anekdot dikatakan oleh Seukerman membuktikan bahwa stres dan depresi berkaitan dengan psoriasis, eksim, alopecia dan bahkan jerawat.

Selain hormon stres memperburuk kondisi kulit yang telah ada, patah hati juga bisa membuat seseorang tidak fokus akan perawatan diri sehingga kesehatan kulit menjadi semakin parah.

5. Kecanduan

Illustrasi: Thinkstock
Ada ungkapan yang mengatakan bahwa cinta sama seperti obat-obatan, bisa membuat ketagihan. Tapi tahukah Anda bahwa ungkapan tersebut ternyata ada benarnya.

Peneliti dari Stony Brook University, New York, Amerika Serikat, temukan bahwa ada kemiripan aktivitas otak antara orang yang patah hati dengan orang yang kecanduan kokain.

Hasil pindaian otak pada orang yang sedang patah hati menemukan perasaan sengsara yang terjadi saat putus hubungan mengaktifkan area otak yang sama saat seseorang mengalami gejala putus obat atau sakaw.

Peneliti mengatakan mungkin ini lah alasan mengapa orang sulit melewati momen tersebut hingga bisa muncul stres dan melakukan hal-hal yang sulit dikendalikan olehnya.
Halaman 2 dari 6
Seperti disengat sesuatu di dada, penolakan sosial rasanya benar-benar sakit. Peneliti dari Universitas Columbia di New York mengatakan bahwa rasa nyeri itu benar-benar terjadi dan bukan imajinasi belaka.

Peneliti menemukan bahwa rasa sakit akibat rasa emosional yang kuat bisa mengaktifkan jalur saraf yang sama seperti seseorang merasakan rasa sakit secara fisik. Kondisi ini menunjukkan bahwa penolakan memang benar-benar membuat orang sakit selayaknya rasa sakit yang muncul di fisik.

"Secara harfiah penolakan memang sakit sehingga membuat kita ingin menghindari penolakan," ujar salah satu peneliti, Edward Smith.

Setelah pertengkaran terjadi dan hubungan cinta putus, tubuh dibanjiri oleh hormon stres kortisol dan adrenalin. Hal ini mengakibatkan jantung berdetak lebih kencang dan bisa memicu ritme yang tidak normal.

Ahli kardiologi dan ketua Sexual Advice Association, Inggris, Dr Graham Jackson mengatakan orang yang patah hati rentan terkena serangan jantung pada minggu pertama atau kedua setelah putus hubungan.

"Saat jantung berdetak terlalu cepat arteri Anda akan menyempit yang normalnya tidak signifikan, tapi terpengaruh stres arteri bisa menyempit secara signifikan," kata Jackson.

"Orang-orang yang memiliki stres seperti ini seperti memberi jantungnya kokain. Stres dapat membawa risiko gejala serangan jantung meskipun tidak ada penyumbatan pada arteri," imbuhnya.

Menurut studi yang dilakukan oleh peneliti dari University of Texas, sekitar 23 persen orang yang pernah melalui perceraian akan lebih berkemungkinan memiliki masalah mobilitas.

Berkaitan dengan hal tersebut Fisioterapis dari London, Sammy Margo, mengatakan beberapa orang datang padanya dengan keluhan sakit dibeberapa bagian tubuhnya. Setelah diselidiki mereka tidak pernah mengalami kecelakaan, tapi pernah merasakan gagal hubungan.

"Stres yang dihasilkan dapat membuat otot menjadi kejang dan mengencang. Jika ini terjadi pada bagian tubuh yang memang dari awal sudah lemah, otot yang memendek dan mengencang dapat menyebabkan rasa sakit," kata Margo.

Akibatnya orang akan sulit menggerakkan otot-otot tersebut sehingga bergerak pun menjadi tantangan.

Stres yang dihasilkan saat putus hubungan memiliki dampak buruk bagi berbagai bagian tubuh tidak terkecuali kulit.

Dermatologis dari SKN Clinic London, Dr Daron Seukerman, mengatakan banjir hormon stres pada tubuh setelah putus cinta dapat mempengaruhi kesehatan dalam berbagai cara.

"Setiap dermatologi menyadari bahwa saat pasien sedang patah hati beberapa kondisi bisa memburuk," kata Seukerman.

Beberapa studi dan anekdot dikatakan oleh Seukerman membuktikan bahwa stres dan depresi berkaitan dengan psoriasis, eksim, alopecia dan bahkan jerawat.

Selain hormon stres memperburuk kondisi kulit yang telah ada, patah hati juga bisa membuat seseorang tidak fokus akan perawatan diri sehingga kesehatan kulit menjadi semakin parah.

Ada ungkapan yang mengatakan bahwa cinta sama seperti obat-obatan, bisa membuat ketagihan. Tapi tahukah Anda bahwa ungkapan tersebut ternyata ada benarnya.

Peneliti dari Stony Brook University, New York, Amerika Serikat, temukan bahwa ada kemiripan aktivitas otak antara orang yang patah hati dengan orang yang kecanduan kokain.

Hasil pindaian otak pada orang yang sedang patah hati menemukan perasaan sengsara yang terjadi saat putus hubungan mengaktifkan area otak yang sama saat seseorang mengalami gejala putus obat atau sakaw.

Peneliti mengatakan mungkin ini lah alasan mengapa orang sulit melewati momen tersebut hingga bisa muncul stres dan melakukan hal-hal yang sulit dikendalikan olehnya.

(vit/vit)

Berita Terkait