Saat itu bulan Mei 2013, Tasha Coates mendadak mengalami syok anafilaktik atau reaksi alergi yang fatal ketika bepergian bersama teman-temannya. Bangun-bangun, ia sudah berada di unit resusitasi Royal Liverpool University Hospital.
Semenjak itu, Coates mengalami 8 kali syok anafilaktik dalam dua minggu, sehingga rambutnya terus rontok, dan ia harus dilarikan ke rumah sakit hingga 30 kali lebih dalam setahun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dokter awalnya tak tahu apa yang menyebabkan Coates jadi begini. Namun belakangan barulah ketahuan bila Coates mengidap gangguan langka yang lebih dikenal dengan 'alergi olahraga'. Itu tandanya remaja berumur 19 tahun itu akan mengalami syok anafilaktik bila kepanasan ataupun berkeringat.
Dokter percaya ketika kepanasan atau berkeringat, sel mast atau sel-sel yang berfungsi melindungi seseorang dari penyakit dan membantu penyembuhan luka milik Coates mengalami degranulasi atau semacam mengelupas. Degranulasi inilah yang memicu Coates mengalami syok anafilaktik karena tubuhnya melepaskan terlalu banyak histamine.
Padahal biasanya histamine baru dilepaskan ketika tubuh mendeteksi adanya benda asing yang masuk. Namun pada Coates, histamine di tubuhnya rupanya dipicu oleh respons sel mast yang abnormal, terutama ketika dihadapkan pada kondisi kegerahan dan keringatan. Bila ini dibiarkan, maka tubuhnya lama-kelamaan akan memperlihatkan reaksi alergi seperti sesak napas hingga syok anafilaktik yang fatal.
Di samping 'alergi olahraga', gadis yang tinggal di Warrington, Inggris ini juga mengidap asma, eksim, demam hay, sindrom Raynaud, dan sindrom alergi oral yang membuat tubuhnya berpikir ia menelan serbuk sari ketika sebenarnya ia tengah mengonsumsi sayur mentah.
Tapi ini tidak menghalangi Coates untuk meraih mimpinya sebagai seorang atlet senam. Gadis yang sudah mendapatkan pelatihan senam sejak umur 8 tahun ini justru semakin bersemangat untuk meraih medali tertinggi dalam cabang olahraga yang digelutinya. Ia bahkan menemukan cara agar bisa berlatih dengan aman tanpa perlu menimbulkan reaksi alergi.
"Saya tak pernah mendengar ada atlet senam yang mengalami difabilitas. Dan saya ingin tetap melakukan ini, jadi saya mengirimkan aplikasi agar tetap bisa bertanding di kejuaraan mainstream dengan keadaan seperti ini," katanya.
Meski didiagnosis berpenyakit langka, Coates membuktikan ia mampu melewati itu semua dan berprestasi. Tercatat ia sudah memenangkan lima medali emas di cabang olahraga senam, bahkan memenangkan kejuaraan British Disability Gymnastics.
(lil/up)











































