'Berat di Ongkos', Kini Pasangan di Tiongkok Tak Antusias Punya Banyak Anak

'Berat di Ongkos', Kini Pasangan di Tiongkok Tak Antusias Punya Banyak Anak

- detikHealth
Kamis, 15 Jan 2015 12:35 WIB
Berat di Ongkos, Kini Pasangan di Tiongkok Tak Antusias Punya Banyak Anak
Illustrasi: Thinkstock
Tiongkok - Untuk menekan angka pertumbuhan di Tiongkok, pemerintah dulu menerapkan kebijakan kontroversial satu anak untuk tiap pasangan. Kini setelah data menunjukkan program tersebut berhasil, kebijakan satu anak mulai dilonggarkan namun respons yang diberikan masyarakat tidak sesuai harapan.

Pemerintah Tiongkok kini memperbolehkan pasangan memiliki dua orang anak apabila mereka sendiri juga merupakan anak satu-satunya. Menurut data secara nasional ada sekitar satu juta pasangan yang memenuhi persyaratan tersebut.

Pejabat kesehatan memperkirakan dengan penerapan kebijakan baru tersebut diperkirakan nantinya akan ada dua juta kelahiran bayi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Akan tetapi masyarakat sepertinya tidak terlalu antusias dengan hal tersebut. Di Beijing baru ada sekitar 30 ribu pasangan yang mendaftar untuk memiliki anak kedua, 50 ribu lebih sedikit dari yang awalnya diperkirakan.

Situasi di kota besar seperti Shanghai dan Shenzhen juga ditemukan serupa.

Salah satu orang tua di Beijing, Eason mengatakan dirinya tidak menginginkan anak kedua karena takut akan biaya yang baru disiapkan. Beban membesarkan anak yang besar mendorong pasangan di Tiongkok kini tidak tertarik lagi memiliki banyak anak.

"Membesarkan satu orang anak saja telah mengambil banyak bagian dari pengeluaran kami. Memiliki anak lagi akan menambah beban untuk pendidikan, tempat tinggal, dan lain sebagainya," kata Eason seperti dikutip dari CNN pada Kamis (15/1/2015).

Orang tua lainnya seperti Zhang Li sebenarnya ingin memiliki anak tapi mendapat penolakan dari keluarganya.

"Orang tua saya sangat menentang kami punya anak kedua. Mereka berpikir hal ini hanya akan menambah beban finansial. Ditambah, tidak ada orang yang punya cukup waktu dan tenaga untuk mengurusnya," kata Li.

Banyak orang mengatakan Tiongkok seharusnya melepaskan kebijakan satu anak tersebut sejak lama untuk memastikan jumlah usia produktif nantinya cukup untuk mendukung populasi tua. Ada laporan bahwa hal ini mungkin terjadi segera setelah tahun 2016.

(vit/vit)

Berita Terkait