Salah satu alasannya adalah karena membaca e-book tanpa disadari membuat jam tidur Anda berkurang lebih banyak. Ya, studi yang dilakukan oleh Harvard University menemukan bahwa membaca e-book sebelum tidur berpotensi mengurangi produksi hormon yang berkaitan dengan tidur, yaitu melatonin.
Akibatnya para pembaca justru jadi membutuhkan waktu lebih lama untuk tertidur, kualitas tidurnya berkurang, dan cenderung merasa lelah keesokan harinya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jam tidur yang tak tercukupi terbukti meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular, penyakit metabolik seperti obesitas dan diabetes, dan kanker. Sebaliknya, membaca buku cetak justru membantu kualitas tidur Anda lebih baik. Cahaya lembut yang terpantul di halaman buku tidak mengirimkan sinyal 'terjaga' ke otak seperti layaknya pantulan cahaya dari e-book.
Selain itu, studi lain yang dilakukan pada tahun 2009 juga menyebutkan bahwa membaca seharusnya memberikan efek rileks pada seseorang. Sayangnya efek ini berkurang jika orang tersebut membaca melalui buku elektronik.
Ya, studi tersebut mengungkapkan bahwa membaca buku melalui gadget justru meningkatkan level stres. Pemakaian gadget sehari-hari seperti smartphone atau laptop diketahui sudah berkaitan dengan risiko depresi dan sakit kepala, jika kemudian pada malam harinya Anda kembali membiasakan diri membaca e-book sebelum tidur, risiko ini akan semakin meningkat.
Para peneliti menyimpulkan, membaca buku cetak mungkin tampak kuno, namun dari sisi kesehatan tubuh secara keseluruhan, hal ini jauh lebih baik dibandingkan membaca lewat buku elektronik.
(ajg/vit)











































