AR merupakan penyakit autoimun alias diserang oleh sistem kekebalan tubuhnya sendiri. Kondisi ini mengakibatkan peradangan dalam waktu lama pada sendi.
Penyakit ini menyerang persendian dan anggota gerak, menimbulkan rasa nyeri dan kaku pada sistem muskuloskeletal yang terdiri dari sendi, tulang, otot, dan jaringan ikat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pemahaman dari masyarakat dan di kalangan medis pun masih belum memadai. Artinya selama ini masyarakat lebih banyak diberi informasi tentang penyakit-penyakit seperti jantung koroner dan diabetes, yang dampak risiko terhadap kematiannya tinggi," ungkap dokter reumatologi di RSCM Jakarta, dr Sumariyono, SpPD-KR.
Hal tersebut disampaikan dalam acara konferensi pers Kampanye 'Cermati AR' yang diselenggarakan di Hotel Borobudur, Jl Lapangan Banteng Selatan, Jakarta, Jumat (13/3/2015).
Menurut dr Sumariyono, walaupun AR tak berdampak langsung terhadap kematian, namun peradangan kronik yang diakibatkannya paling destruktif. Sehingga dapat merusak sendi dan menimbulkan kecacatan. "Dampaknya terhadap kinerja maupun sosial ekonomi pun jelas," imbuhnya.
Sementara itu, dr Rudy Hidayat, SpPD-KR, dari RSCM Jakarta menambahkan bahwa pengobatan secara dini sangat penting dilakukan guna mengurangi risiko kecacatan terjadi. Meskipun demikian, ia membenarkan bahwa belum ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit ini.
"Pengobatan tepat menentukan tercapainya remisi, tapi penyakit ini tidak pernah bisa sembuh. Dengan pengobatan dini yang tepat, tetap bisa memperbesar peluang terhindar dari kerusakan sendi," terang dr Rudy.
Baca juga: Posisi Pegang Mouse Komputer yang Tidak Tepat Bisa Picu Carpal Tunnel Syndrome
(ajg/vta)











































