Kisah Sarjana yang Jadi Mbok Jamu: Ada Pembeli Bayar dengan Makanan

Kisah Sarjana yang Jadi Mbok Jamu: Ada Pembeli Bayar dengan Makanan

Rahma Lillahi Sativa - detikHealth
Jumat, 10 Apr 2015 17:01 WIB
Kisah Sarjana yang Jadi Mbok Jamu: Ada Pembeli Bayar dengan Makanan
Foto: Lila/detikHealth
Bantul, Yogyakarta - Sehari-hari Sutriyani keliling kampung menjajakan jamu dengan mengendarai sepeda motornya. Sementara itu, ijazah sarjana pendidikan fisika yang diperolehnya belum cukup membuatnya memiliki pekerjaan yang diinginkan. Meski demikian Sutri, begitu perempuan ini biasa dipanggil, menjalani hari-harinya dengan ikhlas. Pun ketika ada pembeli yang membayar jamunya dengan barter makanan.

Sutri membanderol jamu jualannya Rp 2.000-3.000 per batok. Batok? Ya, batok alias tempurung kelapa digunakan Sutri sebagai pengganti gelas kaca. Meski ada pembeli yang membarter jamu dengan makanan, Sutri tidak berkeberatan. "Wong ya sama-sama butuh, Mbak," katanya sembari tersenyum, dalam perbincangan dengan detikHealth dan ditulis pada Jumat (10/4/2015).

Gadis berusia 24 tahun itu juga tak berkeluh-kesah meski penghasilannya tak seberapa. "Rezeki itu sudah ada yang ngatur kok, Mbak. Mau saya tangi mruput (bangun pagi) kalau sepi ya sepi. Tapi kalau mau maghrib ternyata banyak yang beli ya habis. Kadang karena saya keblasuk (kesasar) gitu malah laris," tuturnya bijak.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Baca juga: Tak Sembarangan, Mbok Jamu yang Satu Ini Seorang Sarjana Lho

Pengetahuan Sutri tentang jamu ia dapat dari sang ibu. Ia juga menambahnya dengan belajar sendiri dari internet, sehingga ia bisa membuat inovasi agar jamunya makin digemari. Sejumlah inovasi yang dilakukan Sutri adalah dengan menambahkan madu atau telur ke dalam jamunya.

Sutri menjamin semua produk jamunya dibuat sendiri menggunakan bahan-bahan alami, tanpa pengawet maupun pemanis buatan. Sang ibu, Tukilah, menambahkan, bahan dibeli langsung dalam jumlah besar dari Pasar Imogiri dan Pasar Beringharjo tiap seminggu sekali.

"Habis adzan subuh itu kami buatnya. Kalau sudah jadi, baru berangkat. Dan dalam sehari kami membuat 12-an botol untuk sekali jalan. Untuk sorenya, nanti kami racik lagi. Itu diusahakan habis hari itu juga," ucap Tukilah.

Baca juga: Kalau Mbok Jamunya Secantik Ini, Yakin Masih Tak Suka Minum Jamu?

Sutri bukan satu-satunya penjual jamu di wilayah itu. Namun begitu, Sutri tidak khawatir bakal punya banyak saingan. Apalagi dengan kualitas jamunya yang sudah terjamin alami dan sejumlah pelanggan yang telah percaya rasa dan khasiat jamu bikinannya.

"Yang saya takutkan cuma hujan. Ya nanti jamunya nggak bisa dijual. Saya nggak mau kalau nggak fresh," tegasnya.

Untuk menambah penghasilan, di sela-sela berjualan jamu, Sutri juga membuat kue kering, terutama menjelang Lebaran. Tak cuma itu, dengan bekal ilmu yang dimilikinya dari bangku kuliah, Sutri juga memberikan pelajaran tambahan untuk siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP). Mbok jamu yang satu ini sepertinya memang tidak suka diam. Sembari menunggu ijazah sarjananya 'laku', Sutri tidak akan berpangku tangan di rumahnya yang sederhana.

Bayi baru lahir ternyata tidak punya tempurung lutut lho. Simak fakta-fakta lain tentang bayi baru lahir di sini

(Rahma Lillahi Sativa/Nurvita Indarini)

Berita Terkait