Dokter biasanya akan memberi obat-obatan penambah insulin untuk membantu pasien yang gula darahnya tinggi bisa mencapai target gula yang diinginkan. Insulin nantinya akan bekerja dengan menghantarkan gula ke sel-sel tubuh untuk dan dibakar menjadi energi.
Ketua Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) Profesor dr Achmad Rudijanto, SpPD - KEMD, mengatakan obat-obatan tersebut namun semakin lama akan berkurang efesiensinya. Agar gula darah pasien bisa tetap berkurang dosis obat otomatis harus ditambah dan hal ini berisiko timbulkan gula darah rendah atau hipoglikemia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Obat Baru untuk Diabetes Siap Masuk di Indonesia
"Jadi ujung-ujungnya walaupun (pankreas -red) dirangsang untuk mengeluarkan insulin, tapi karena dia sudah turun banget fungsinya maka tetap tidak akan berhasil," lanjut dr Rudijanto.
Bila dipaksakan menambah obat dan hipoglikemia terjadi maka ada resiko komplikasi yang bisa ditimbulkan. Dalam jangka pendek dr Rudijanto menjelaskan seseorang mungkin akan merasa lemas karena kekurangan energi, tapi pada jangka panjang kerusakan bisa lebih serius.
"Fase pertama itu muncul oleh respon tubuh sebagai peringatan misal keringat dingin, lemas, berdebar, dan lapar. Pada saat itu seharusnya sudah diintervensi dengan makan permen atau minum teh manis. Fase kedua sudah timbul gejala saraf, itu sudah bahaya karena kerusakan otak bisa terjadi," tutup dr Rudijanto.
Baca juga: Selain Darah Tinggi, Diabetes Saat Hamil Juga Dituding Picu Autisme
(Firdaus Anwar/AN Uyung Pramudiarja)











































