Pada Kondisi-Kondisi Ini, Kebutuhan Cairan Tubuh Kerap Diabaikan

Pada Kondisi-Kondisi Ini, Kebutuhan Cairan Tubuh Kerap Diabaikan

Radian Nyi Sukmasari - detikHealth
Rabu, 06 Mei 2015 10:44 WIB
Pada Kondisi-Kondisi Ini, Kebutuhan Cairan Tubuh Kerap Diabaikan
ilustrasi: Thinkstock
Jakarta - Haus menjadi indikasi paling mudah ketika tubuh kekurangan asupan cairan. Pada orang yang notabene berada di ruangan ber-AC, chart warna urine bisa dimanfaatkan untuk mengetahui status hidrasi seseorang.

Sayangnya, dalam keseharian biasanya ada beberapa kondisi yang justru membuat seseorang kerap abai dengan kebutuhan cairannya. Kondisi seperti apa saja yang kerap membuat orang abai dengan kebutuhan cairannya?

Berikut rangkumannya dari Seminar Media 'Kenali dan Pahami Overhidrasi: Upayakan Asupan Air Sesuai Kebutuhan Tubuh' di RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta, seperti ditulis Rabu (6/5/2015):

1. Berada di ruangan ber-AC

ilustrasi: Thinkstock
Ketua Indonesian Hydration Working Group (IHWG), Dr dr Budi Wiweko SpOG(K) mengatakan karena kadang tidak merasa haus karena misalnya ada di ruangan ber-AC atau berada di dalam pesawat, seseorang jadi enggan minum karena merasa tidak haus. Padahal, untuk orang normal dengan tidak ada masalah kesehatan apapun kebutuhan cairannya yakni 2,5 liter per hari.

"Di dalam ruang AC cairan keluar melalui uap di hidung dan pernapasan sehingga tetap bisa ada risiko dehidrasi. Memang ada yang jadi sering beser, tapi tetap harus minum secara bertahap. Gunakan juga chart urine untuk melihat apakah sudah kebanyakan minum atau kekurangan minum. Kalau sangat bening cairan sudah lebih dari cukup dan harus berhati-hati," kata dr Budi.

Hal serupa juga berlaku bagi orang yang tinggal di daerah dataran tinggi di mana suasana di daerah tersebut memang lebih dingin sehingga lebih jarang muncul haus. "Maka patut diperhatikan lagi kebutuhan cairannya bisa dengan chart warna urine. Kan berbeda dengan mereka yang tinggal di dataran rendah memang sering keringatan, tenggorokan kering kemudian terasa haus," kata Dr dr Ermita I. Ilyas, MS, AIFO dari Departemen Fisiologi FKUI.

2. Sedang haid

ilustrasi: Thinkstock
Dikatakan dr Aida Riyanti SpOG, pada wanita jelang masa haid memang ada perubahan hormon sehingga menyebabkan retensi air. Akibatnya, air lebih banyak tertahan di dalam tubuh. Namun, jangan pernah abaikan rasa haus sebagai patokan tubuh harus minum atau tidak.

"Cukup minum bertahap aja, segelas kemudian nanti lagi. Peningkatan progesteron memang membuat retensi cairan. Tapi ketika sudah haid, retensi cairan bisa berkurang sehingga kebutuhan cairannya sama dengan orang normal. Dan pastinya diseimbangkan juga dengan aktivitas yang dilakukan," kata dr Aida.

3. Hamil dan menyusui

ilustrasi: Thinkstock
"Kebutuhan cairan ibu hamil sekitar 300 cc tambahan dari kebutuhan harian. Jadi kalo orang normal butuh 2,5 liter cairan, ibu hamil butuh sekitar 2,8 liter cairan yang tidak hanya dari air saja tapi juga dari makanan," kata dr Aida.

Jika konsumsi cairan ibu hamil kurang, efeknya bisa pada air ketuban yang berdampak pada perkembangan janin. Dan pada ibu menyusui, kekurangan cairan bisa memengaruhi produksi ASI.

dr Aida menambahkan  memang pada ibu hamil, overhidrasi atau kondisi tubuh kelebihan cairan hampir tidak mungkin terjadi karena ibu hamil perlu cairan ekstra. Justru, yang paling sering terjadi yakni ibu hamil cenderung dehidrasi.

4. Sedang menurunkan berat badan

ilustrasi: Thinkstock
Jika perut terasa lapar lalu minum air putih, trik tersebut bisa menurunkan risiko obesitas. Begitu pun ketika sedang berdiet, mengganti cemilan dengan air juga tidak masalah.

Dikatakan ahli gizi Diana Sunardi, umumnya, seseorang akan ngemil dua kali di jam 10 pagi dan 3 sore. Sehingga, jika di jam ngemil didahului dengan minum air putih, jumlah cemilan yang diasup pun berkurang.

"Tambahan asupan air sekitar 600 ml dengan asumsi konsumsi air 300 ml per jam ngemil, pun tidak sampai menimbulkan risiko overhidrasi," kata Diana.
Halaman 2 dari 5
Ketua Indonesian Hydration Working Group (IHWG), Dr dr Budi Wiweko SpOG(K) mengatakan karena kadang tidak merasa haus karena misalnya ada di ruangan ber-AC atau berada di dalam pesawat, seseorang jadi enggan minum karena merasa tidak haus. Padahal, untuk orang normal dengan tidak ada masalah kesehatan apapun kebutuhan cairannya yakni 2,5 liter per hari.

"Di dalam ruang AC cairan keluar melalui uap di hidung dan pernapasan sehingga tetap bisa ada risiko dehidrasi. Memang ada yang jadi sering beser, tapi tetap harus minum secara bertahap. Gunakan juga chart urine untuk melihat apakah sudah kebanyakan minum atau kekurangan minum. Kalau sangat bening cairan sudah lebih dari cukup dan harus berhati-hati," kata dr Budi.

Hal serupa juga berlaku bagi orang yang tinggal di daerah dataran tinggi di mana suasana di daerah tersebut memang lebih dingin sehingga lebih jarang muncul haus. "Maka patut diperhatikan lagi kebutuhan cairannya bisa dengan chart warna urine. Kan berbeda dengan mereka yang tinggal di dataran rendah memang sering keringatan, tenggorokan kering kemudian terasa haus," kata Dr dr Ermita I. Ilyas, MS, AIFO dari Departemen Fisiologi FKUI.

Dikatakan dr Aida Riyanti SpOG, pada wanita jelang masa haid memang ada perubahan hormon sehingga menyebabkan retensi air. Akibatnya, air lebih banyak tertahan di dalam tubuh. Namun, jangan pernah abaikan rasa haus sebagai patokan tubuh harus minum atau tidak.

"Cukup minum bertahap aja, segelas kemudian nanti lagi. Peningkatan progesteron memang membuat retensi cairan. Tapi ketika sudah haid, retensi cairan bisa berkurang sehingga kebutuhan cairannya sama dengan orang normal. Dan pastinya diseimbangkan juga dengan aktivitas yang dilakukan," kata dr Aida.

"Kebutuhan cairan ibu hamil sekitar 300 cc tambahan dari kebutuhan harian. Jadi kalo orang normal butuh 2,5 liter cairan, ibu hamil butuh sekitar 2,8 liter cairan yang tidak hanya dari air saja tapi juga dari makanan," kata dr Aida.

Jika konsumsi cairan ibu hamil kurang, efeknya bisa pada air ketuban yang berdampak pada perkembangan janin. Dan pada ibu menyusui, kekurangan cairan bisa memengaruhi produksi ASI.

dr Aida menambahkan  memang pada ibu hamil, overhidrasi atau kondisi tubuh kelebihan cairan hampir tidak mungkin terjadi karena ibu hamil perlu cairan ekstra. Justru, yang paling sering terjadi yakni ibu hamil cenderung dehidrasi.

Jika perut terasa lapar lalu minum air putih, trik tersebut bisa menurunkan risiko obesitas. Begitu pun ketika sedang berdiet, mengganti cemilan dengan air juga tidak masalah.

Dikatakan ahli gizi Diana Sunardi, umumnya, seseorang akan ngemil dua kali di jam 10 pagi dan 3 sore. Sehingga, jika di jam ngemil didahului dengan minum air putih, jumlah cemilan yang diasup pun berkurang.

"Tambahan asupan air sekitar 600 ml dengan asumsi konsumsi air 300 ml per jam ngemil, pun tidak sampai menimbulkan risiko overhidrasi," kata Diana.

(Radian Nyi Sukmasari/AN Uyung Pramudiarja)

Berita Terkait