Dr Charles J Billington, pakar endokrinologi dan diabetes dari University of Minnesota, Minneapolis, mengatakan bahwa operasi bypass lambung memang bermanfaat bagi pasien diabetes tipe 2. Hanya saja, pasien yang pernah melakukan operasi tersebut ternyata memiliki keluhan pasca operasi, mulai dari infeksi hingga patah tulang.
Baca juga: Temuan Baru: Alat Penurun Berat Badan dengan Metode Membuang Isi Perut
"Operasi bypass lambung memiliki efek negatif yang lebih banyak daripada positifnya. Hal ini sangat berbeda dari dugaan kami sebelumnya yang mengira operasi bypass lambung dapat menjadi solusi bagi obesitas hingga diabetes tipe 2," tutur Dr Billington, dikutip dari Reuters, Jumat (22/5/2015).
Penelitian ini dilakukan selama dua tahun kepada 120 pasien diabetes tipe 2 yang memiliki berat badan berlebih. Partisipan berusia 30 hingga 67 tahun dan dibagi secara acak menjadi dua kelompok: kelompok yang mendapat terapi gaya hidup dan pengobatan diabetes serta kelompok yang juga mendapat terapi gaya hidup namun juga menjalani operasi bypass lambung.
Terapi gaya hidup yang dilakukan termasuk menjaga kalori yang masuk ke tubuh serta olahraga 325 menit per minggu. Mereka juga melakukan konsultasi dan meminum obat untuk mengontrol gula darah, kolesterol dan tekanan darah.
Sementara kelompok kedua melakukan juga hal-hal tersebut ditambah dengan operasi bypass lambung. Secara ringkas, operasi bypass lambung adalah operasi yang membuat lambung dan usus menjadi lebih kecil. Hal ini bertujuan agar asupan makanan yang masuk tidak terlalu banyak sehingga diharapkan dapat pula mengontrol kadar gula darah selain mengurangi berat badan.
Setelah 2 tahun, 24 orang partisipan dari kelompok kedua memang memiliki kadar kolesterol dan tekanan darah yang lebih rendah. Gula darah mereka pun lebih terkontrol. Sementara dari kelompok pertama, hanya 8 orang yang mengalami hal tersebut.
Baca juga: Harus Ada Jeda Waktu Jika Ibu Berencana Hamil Usai Operasi Bypass Lambung
Di sisi lain, 8 orang terserang infeksi dari kelompok kedua. Mereka juga mengalami cedera lebih sering, yang menyebabkan 7 orang di antaranya mengalami patah tulang yang serius. Peneliti mengatakan bahwa hal ini terjadi karena rasa lemas akibat kurangnya zat besi, kalsium dan vitamin D.
"Dengan mengecilkan lambung dan usus kecil, maka penyerapan beberapa nutrisi tidak maksimal. Dan menurutku hanya akan memperpanjang daftar masalah kesehatan yang dialami orang tersebut," tutur Markku Peltonen, peneliti lainnya dari National Institute for Health and Welfare in Helsinki, Finlandi.
(Muhamad Reza Sulaiman/Nurvita Indarini)











































