"Yg mau beralih ke pembalut kain cuci ulang. Hubungi sy ya... Hemat dan sehat," tulis seorang reseller pembalut, sebut saja Widi, terselip di dinding Facebook seorang profesor farmakologi, yang saat itu tengah ramai mendiskusikan kandungan klorin dalam pembalut dan pantyliner.
Widi juga membagikan tautan hasil penelitian YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia) di dindingnya sendiri, dengan disertai ajakan untuk beralih ke produknya. Tak lupa, ia mencantumkan tada pagar alias hashtag #promosi untuk menegaskan maksud posting-annya tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Kemenkes Jamin Pembalut dan Pantyliner yang Beredar Aman Digunakan
Tak pelak, banyak tudingan miring tertuju ke YLKI. Sebagian menuding hasil penelitian YLKI justru meresahkan, dan akhirnya dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk mendapatkan keuntungan. Terkait hal ini, YLKI menyampaikan klarifikasi sebagai berikut:
"Perlu diklarifikasi bahwa YLKI melakukan pengujian terhadap 9 merek pembalut dan 7 pantyliner...diluar merek itu, YLKI tidak menguji, karena memang tidak terdapat di market konvensional (mungkin produk tersebut adanya melalui mlm, online, dstnya)...jadi tidak ada jaminan bahwa diluar merek tersebut bebas klorin, karena hanya uji lab yang bisa membuktikannya...bukan sekedar klaim....," demikian, dikutip dari Fanpage YLKI di Facebook, Rabu (8/7/2015).
Tulus Abadi, Ketua Harian YLKI dalam konferensi pers Selasa (7/7) kemarin di kantornya mengatakan bahwa pembalut herbal belum tentu bebas dari klorin. Pihaknya tidak memeriksa produk-produk pembalut herbal yang dimaksud, semata-mata karena tidak dijual di toko ritel konvensional.
Baca juga: YLKI Temukan Bahan Pemicu Kanker di Berbagai Merek Pembalut dan Pantyliner (up/vit)











































