dr Agus Dwisusanto, SpP dari RSUP Persahabatan Rawamangun mengatakan polusi asap mengandung dua zat berbahaya. Pertama adalah gas yang bersifat iritatif dan dapat menyebabkan sesak napas, dan kedua adalah partikulat debu yang bisa terhirup dan masuk ke saluran napas.
"Partikulat debu ini yang berbahaya karena bersifat karsinogen atau zat yang dapat menyebabkan kanker. Secara teoritis, paparan polusi asap yang terjadi terus-menerus selama bertahun-tahun memang akan bisa menyebabkan kanker paru dan saluran napas lainnya," tutur dr Agus, ketika dihubungi detikHealth, Jumat (4/9/2015).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski begitu, dr Agus mengatakan bahwa kanker paru baru akan terjadi jika karsinogen dari polusi asap dihirup setiap hari selama bertahun-tahun. Sementara di polusi asap di Sumatera dan Kalimantan memang tidak terjadi sepanjang tahun namun selalu terjadi berulang tiap tahunnya.
Lain halnya dengan rokok. Asap rokok yang terhirup setiap hari apalagi kebiasaan merokok yang sudah menahun memang bisa meningkatkan risiko kanker paru. Hal ini juga sudah dibuktikan dalam beberapa penelitian.
"Belum ada datanya soal ini. Di kita (Indonesia) belum ada, sementara penelitian ilmiah dari luar negeri juga belum ada. Tapi sekali saya katakan, secara teori ilmu kesehatannya memang bisa menyebabkan kanker paru," ungkapnya lagi.
Sebelumnya, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut saat ini ada 25,6 juta jiwa penduduk di Sumatera dan Kalimantan yang terkena asap pekat. Ia merincikan di Sumatera terdapat 22,6 juta jiwa dan Kalimantan 3 juta jiwa.
"Ada 25,6 juta jiwa penduduk di Sumatera dan Kalimantan yang terpapar asap pekat. Di Sumatera itu ada tiga daerah di Jambi, Pekanbaru dan Sumatera Selatan. Dua wilayah yang paling pekat itu Jambi dan Pekanbaru," ujar Sutopo kepada wartawan di Gedung Graha BNPB, Jl Pramuka, Kav. 38, Jakarta Timur.
Menurutnya, 80 persen wilayah Sumatera hampir tertutup dengan asap. Jambi dan Pekanbaru paling parah karena hanya memiliki jarak pandang 500 meter. Dampak asap pekat ini membuat beberapa persoalan di Pekanbaru.
"Ada sekolah yang diliburkan, pesawat pun belum bisa terbang. Emisi kebakaran hutan ini ada asap yang bisa membuat gangguan pernafasan. Ini masih terus tinggi," tuturnya.
Baca juga: Asap di Pekanbaru Sudah Level Berbahaya, Warga Diimbau Tak Keluar Rumah (mrs/up)











































