Bekerja sama dengan National University of Singapore (NUS), dr Andri fokus menggunakan stem cell untuk mengatasi masalah osteoarthritis (kondisi di mana tulang rawan persendian rusak-red). Pada daerah yang tulang rawannya rusak, stem cell diberikan untuk menutup luka dan menumbuhkan kembali tulang rawan seperti yang terjadi pada seorang pasien berumur 23 tahun.
"Stem cell itu sel awal jadi dia punya potensi untuk jadi sel apa saja tergantung dia diletakkan di mana. Itu dasarnya," kata dr Andri pada seminar di kantor Kalbe Farma, Cempaka Putih, Jakarta Utara, Sabtu (26/9/2015).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sampai saat ini kita bataskan pasien 15-55 tahun. Itu karena kita ambil stem cell dari sumsum tulang pasien sendiri jadi kalau yang umurnya di atas itu kemampuan stem cellnya juga sudah menurun," lanjutnya.
Pada kasus pasien 23 tahun pelaksanaan terapi stem cell ini berlangsung sampai enam bulan. Prosesnya dimulai dari ekstraksi stem cell dari sumsum tulang pasien, pengkulturan sel, dan barulah sel yang siap kemudian disuntikkan ke tempat yang dibutuhkan.
"Suntiknya bisa di poliklinik. Tapi setelah itu enggak boleh ada beban jadi jalan pakai tongkat. Karena kalau ada beban, nanti pas lapisan tulang rawannya baru terbentuk masih tipis, bisa tergerus," kata dr Andri.
Ia menambahkan, setelah 6 bulan sudah mulai ada lapisan tulang baru pada pasien. Saat ini terapi stem cell belum diterapkan secara luas karena pada dasarnya tiap kasus masih berupa riset. Bagi masyarakat yang mungkin berminat, bisa menghubungi dokter spesialis di rumah sakit yang memang mengembangkan riset stem cell misalnya saja RSCM dan RSUD Dr Soetomo Surabaya.
Baca juga: Menkes Ingin Peneliti Indonesia Mulai Kembangkan Riset Sel Punca
(fds/rdn)











































