Jakarta -
Terkadang orang mengkhawatirkan masa depan anak-anaknya yang terlahir dengan down syndrome. Namun beberapa orang ini membuktikan mereka bisa menaklukkan tantangan yang terbentang di hadapannya. Meski lahir dengan down syndrome, mereka bisa membuktikan dirinya tak kalah dengan yang lain.
Berikut ini kisah inspiratif orang-orang dengan down syndrome, seperti dirangkum
detikHealth dan ditulis pada Senin (28/9/2015):
Laura Green (28) dari Cheshire, Inggris, mengidap down syndrome. Tak menyerah dengan kondisinya Laura bercerita menuntaskan sekolah menengah atas (SMA) dan lanjut mengikuti kuliah jurusan bisnis. Namun dia akhirnya keluar saat kuliah karena sering di-bully.
Ia lantas memutuskan bekerja di bidang fashion, dan lebih memfokuskan pada aksesoris. Dengan kemampuannya, ia berusaha menciptakan perusahaan idaman. Laura melakukan riset pasar, membuat akun bank, dan mendesain website perusahannya sampai akhirnya bisnis berkembang.
Kini Laura punya dua asisten pribadi yang juga mengidap down syndrome. Ia mengatakan ingin memberikan kesempatan kepada orang lain yang memiliki kondisi seperti dirinya.
"Saya sudah melakukan ini selama lima tahun. Saya rasa penting bagi orang-orang yang memiliki kondisi kesulitan belajar untuk memiliki pekerjaan. Mereka punya mimpi juga sama seperti saya," ucap Laura.
Connie-Rose Seabourne (2) lahir prematur dua bulan lebih awal. Namun ia baru didiagnosis down syndrome sekitar dua pekan kemudian.
Connie merupakan sosok periang dan bahkan pandai beraksi di depan kamera. Hal ini lantas membuat sang ibu, Julie (42), memberanikan diri mengirimkan foto-foto putrinya tersebut ke sebuah agen model di Inggris. Tak diduga, dia mendapat respons positif.
Ketika kemudian pihak agen meminta Connie-Rose melakukan sesi pemotretan untuk mengetahui bagaimana hasilnya, Julie mengungkapkan bahwa putrinya bergaya dengan sangat baik. Ia bahkan bisa mengikuti arahan dari para fotografer.
Meskipun demikian, Julie menegaskan ia akan selalu mengutamakan kondisi Connie-Rose. Jika memang sang buah hati tampak tak nyaman atau tak menikmati lagi pemotretan-pemotretan tersebut, maka Julie tak akan memaksa dan akan menghentikan kegiatan tersebut.
Lacey Parker (10) adalah anak dengan down syndrom lainnya yang juga punya pengalaman hebat. Gadis ini mencapai cita-citanya menjadi anggota tim cheerleader di sekolahnya.
Sang ibu, Reene Parker, mengatakan sudah lama Lacey bercita-cita menjadi seorang cheerleader sejak menonton kedua kakaknya beraksi di dalah satu pertandingan sekolah. Dokter sebelumnya sempat memberi tahu bahwa Lacey tidak akan bertahan hidup sampai usia 10 tahun. Meski kini, kenyataannya Lacey adalah anak yang riang dan energik.
"Down syndrome hanya label saja karena sebenarnya Lacey adalah gadis kecil yang menakjubkan dan berusaha mencapai apapun keinginan dia. Saya hanya ingin mengabadikan momen ketika seorang gadis dengan kondisi khusus bisa mencapai keinginannya," tutur Renee.
Di usianya yang 21 tahun, Emma Lynam tidak bisa membaca dan menulis. Ibunya sempoat khawatir dengan masa depan sang anak. Namun justru dari kekurangan Emma, bisa dibangun usaha yang bisa menghasilkan uang.
Emma mendirikan usaha merobek dokumen rahasia dengan bantuan sang ibu, Jo Lynam. Usaha Emma diberi nama Master Shredder. Nama ini diambil arena terinspirasi tokoh kartun favorit Emma, Teenage Mutant Ninja Turtles.
Ternyata beberapa perusahaan tertarik menggunakan jasa Emma. Salah satunya adalah Queensland Credit Union.
"Saya pikir 'Anda bisa dapat bonus'. Jika saya melihat hal ini dari perspektif dokumen rahasia tentunya suatu hal yang menguntungkan karena dia tidak bisa membacanya," ujar Jo.
Berasal dari Florida, Amerika Serikat, Garrett Holeve (25) adalah seorang pengidap down syndrome yang menaruh perhatian besar pada olahraga bela diri Mixed Martial Art (MMA). Holeve serius berlatih sejak empat tahun yang lalu dengan harapan dapat mengikuti olahraga sebagai atlet profesional.
Ternyata harapan Holeve tersebut didengar oleh badan MMA kelas amatir, Spire Sanctioning. Pada tanggal 8 November 2014 ia dijadwalkan bertarung melawan David Steffan, seorang atlet olimpiade spesial yang terlahir dengan cerebral palsy.
Meski menuai beberapa kritikan, ayahanda Holeve, Mitch, mengatakan ia mengizinkan anaknya bertarung karena ia mengerti dan tahu bahwa Holeve tidak bisa dihentikan jika sudah menginginkan sesuatu.
Halaman Selanjutnya
Halaman