Penelitian dilakukan oleh Institut Universitaire en Santé Mentale de Montréal dan University of Montreal. Mereka terinspirasi dengan perbedaan pria dan wanita soal kejiwaan.
"Kebiasaan perempuan yang memiliki reaksi lebih emosional menjelaskan banyak hal, seperti saat mereka sedang menderita karena depresi atau gangguan kecemasan terhadap pasangannya." kata salah seorang peneliti dalam studi, Adrianna Mendrek.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebanyak 46 partisipan (25 wanita dan 21 pria) diteliti dengan dilakukan tes darah untuk mengetahui tingkat estrogen dan testoteron. Setelah itu, mereka diminta melihat gambar yang bisa membangkitkan emosi secara positif, negatif, atau netral sambil menjalani scan otak fMRI. Peserta juga diminta memberikan respon berdasarkan emosi mereka saat melihat gambar tersebut.
Hasilnya rata-rata wanita lebih reaktif terhadap gambar emosional. Terlepas dari jenis kelaminnya, bagi mereka yang tingkat testoteronenya tinggi cenderung lebih tidak terlalu sensitif terhadap gambar sementara bagi yang estrogen tinggi hampir selalu memiliki peningkatan sensitivitas.
Baca juga: Pria Tinggi Selalu Beruntung Soal Cinta? Belum Tentu
Ditemukan juga bahwa koneksi antara dua bagian otak dorsomedial prefrontal cortex (dmPFC) dan amigdala lebih kuat pada laki-laki. Tingginya reaksi pada dua bagian tersebut menyebabkan penurunan rangsangan sensitivitas.
Tingkat reaksi amigdala dan dnPFC berkaitan dengan bagaiamana seseorang memproses emosinya. Amigdala adalah bagian otak yang mendeteksi ancaman, dan sangat aktif ketika seseorang takut atau sedih, sedangkan dmPFC membantu proses interaksi sosial dan mediasi persepsi.
"Pada pria, terdapat hubungan yang kuat antar hubungan-hubungan area tersebut, hal itu mengartikan bahwa pria lebih memiliki kemampuan analisis dibanding mengedepankan perasaan emosi ketika berhubungan dengan emosi yang negatif," kata Stephane Potvin, profesor dari Departemen Psikiater University of Montreal seperti dikutip dari Medical Daily pada Kamis (8/10/2015).
"Wanita mungkin lebih fokus terhadap perasaannya ketika menerima stimuli, dibandingkan pria yang cenderung pasif dalam menanggapi emosi yang negatif, karena lebih berusaha untuk menganalisa stimuli dan akibat-akibatnya." lanjut Potvin.
Mendrek dan timnya percaya bahwa bukti-bukti dari penelitiannya dapat menjadi pencerahan bahwa pria dan wanita memiliki cara berfikir yang berbeda pada tingkat psikologi tertentu. "Faktor biologis dan budaya menjadi faktor dalam menentukan sensitivitas emosi kita terhadap situasi-situasi negatif," ujar Mendrek.
Mendrek menyimpulkan, langkah selanjutnya adalah untuk melakukan riset bagaimana hormon dapat memengaruhi manusia dalam bereaksi terhadap berbagai tipe emosi, seperti sedih, takut, atau marah. (fds/up)











































