Padahal dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 11.000 partisipan berusia 50 tahun selama lebih dari dua tahun di Amerika, terungkap bahwa menghilangkan kontak langsung atau bertatap muka dengan sanak saudara dan teman hanya akan menambah risiko depresi.
Bahkan peneliti berani menyimpulkan bila interaksi dengan keluarga dan teman tak dapat digantikan oleh sambungan telepon, saling berkirim pesan, atau sapaan lewat media sosial. Tak peduli meski hal itu sering dilakukan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Remaja yang Kelewat Pemalu Tanda Fobia Sosial
Di sisi lain, mereka juga menemukan dampak interaksi sosial cenderung berbeda-beda tergantung usia orang yang bersangkutan.
Pada orang dewasa berumur 50-69 tahun, rutin bertatap muka dengan teman akan mengurangi risiko depresi secara signifikan. Sedangkan bagi mereka yang sudah menginjak usia 70 tahun ke atas, interaksi dengan anak, cucu, dan anggota keluarga lainnya memberikan dampak yang lebih besar dalam mencegah atau menurunkan risiko depresi.
"Meski kami tidak serta-merta mengatakan kurangnya tatap muka dipastikan akan menyebabkan munculnya risiko depresi, tapi dari pengamatan kami mereka yang pada akhirnya mengalami depresi cenderung tidak rutin bertemu teman maupun keluarganya," lanjut Dr Tao.
Fakta ini semakin menguatkan tentang pentingnya interaksi sosial secara langsung untuk mencegah gangguan mental seperti halnya depresi.
Baca juga: Tak Perlu Dekat, yang Penting Banyak Teman Bisa Jadi Kunci Panjang Umur
Peneliti mengatakan idealnya seseorang harus bertemu dengan keluarga dan teman-temannya setidaknya tiga kali dalam sepekan. Sebab dari hasil penelitian mereka, partisipan yang hanya berinteraksi sosial satu kali dalam sebulan berpeluang lebih tinggi untuk mengalami depresi, yakni 11,5 persen.
Sebaliknya, mereka yang melakukan kontak lebih dari tiga kali seminggu hanya berpeluang sebanyak 6,5 persen untuk terserang depresi.
Meskipun penelitian ini hanya melibatkan orang-orang dengan usia paruh baya, namun tidak menutup kemungkinan risiko yang sama akan menghantui remaja atau anak-anak yang lebih banyak 'menghabiskan waktu' dengan gadget-nya ketimbang berinteraksi sosial. Yuk dikurangi! (lll/up)











































