Kepada detikHealth Eliati bercerita bahwa ketika lahir di bidan dekat rumah kondisi fisik Raka memang sudah tak sehat. Ia semakin khawatir ketika tubuh anaknya terlihat membiru karena sulit bernapas.
Puskesmas di daerah tempat tinggal Raka di G Obos XV akhirnya langsung merujuk ke RSUD Doris Sylvanus. Di sana Raka dirawat oleh dokter selama empat hari sampai kondisinya membaik dan dipindahkan ke rumah singgah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Rumah Singgah di Palangkaraya Jadi Tempat Perawatan Korban Asap
Eliati mengaku disarankan oleh dokter untuk menetap sementara di rumah singgah sampai kabut asap membaik. Di tempat tersebut tersedia tabung oksigen dan tim dokter yang bersiaga untuk menerima masyarakat yang butuh pertolongan darurat.
"Takutnya kalau dirawat di rumah kambuh lagi. Kita sudah dari kemarin di sini, makannya ada dikasih," ujar Eliati.
Terkait rumah singgah yang disulap menjadi fasilitas kesehatan darurat Menteri Kesehatan Profesor Dr dr Nila Moeloek, SpM(K), menghargai upaya yang dilakukan oleh Kementerian Sosial. Menurutnya ini adalah contoh bukti koordinasi yang baik antar sektor.
"Saya hargai sekali kerja sama lintas sektor yang bagus. Kami tentu di Kementerian Kesehatan tak punya rumah singgah seperti ini, Kementerian Sosial yang punya. Ini tempat untuk mereka yang alami kekerasan kemudian bisa dipakai untuk keadaan darurat seperti ini," kata Nila.
Rumah singgah adalah fasilitas dari dinas sosial yang ditujukan untuk mereka yang memiliki masalah kesejahteraan sosial seperti anak jalanan, orang tua, dan lain-lain. Namun kini menghadapi bahaya kabut asap rumah singgah yang ada di Palangkaraya berubah fungsi untuk merawat masyarakat yang sakit.
Baca juga: Kurangi Polusi Debu Asap di Rumah, Kemenkes Sarankan Pakai Baskom Air (fds/up)











































