"Anak-anak tunanetra ini sebenarnya mampu secara intelektual, tapi kadang belajarnya tidak bisa optimal karena tantangannya lebih banyak," kata Anita Ratnasari Tanjung, Ketua CT Arsa foundation yang juga ditunjuk menjadi Ketua Dewan Pembina Yayasan Mitra Netra.
Salah satu tantangan yang dihadapi oleh anak-anak tunanetra adalah keterbatasan literatur. Direktur eksekutif Yayasan Mitra Netra, H Bambang Basuki mengakui untuk saat ini keberadaan buku-buku untuk tunanetra masih jauh dari cukup alias masih sangat kurang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tapi untuk mata pelajaran tertentu yang membutuhkan simbol khusus seperti matematika, kimia, dan fisika, itu bukunya masih sulit," kata Bambang, ditemui di Kebun Raya Bogor, Sabtu (17/10/2015).
Baca juga: Berawal dari Underestimate, Lahirlah Diskriminasi pada Tunanetra
Dalam waktu dekat, Bambang berencana akan meluncurkan perpustakaan online untuk tunanetra. Bukan cuma buku pelajaran sekolah, buku-buku bacaan lainnya juga sudah banyak diterjemahkan ke dalam format Braille maupun audio-book.
Sejauh ini, Bambang lebih banyak melibatkan relawan untuk mengetik ulang buku-buku yang sudah ada di pasaran. Ketikan tersebut lalu diterjemahkan dengan perangkat khusus untuk mengubahnya ke format Braille. Kerjasama dengan penerbit masih terus diupayakan.
"Penerbit tetap kita dorong. Baru ada 12 penerbit yang mau, lainnya takut dibajak katanya. Saya kira memang di sini semangat berbagi belum cukup kuat," pungkas Bambang.
Baca juga: 15 Menit Menjadi Tunanetra Bikin Ibu Ini Terisak Haru
(up/lll)











































