"Pertama kita harus identifikasi dulu, yaitu dengan memastikan kesadaran korban. Apabila tidak memberi respons, segera hubungi ambulans," ujar dr Aldy Heriwardono Sp. An (K) dari Dept. Anestesiologi dan Intensive Care RSCM FKUI di sela-sela seminar 'Emergency Fair and Festival' FKUI di Gedung Rumpun Ilmu-ilmu Kesehatan UI, Depok, Jawa Barat dan ditulis pada Minggu (25/10/2015).
Setelah menghubungi ambulans, tentu dibutuhkan waktu hingga ambulans sampai ke tempat kejadian. Dalam jeda itu, penolong harus bisa melakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP). "Resusitasi (Jantung Paru) terdiri atas 30 kali penekanan dana dan dua kali bantuan napas, dan dilakukan di permukaan yang datar dan keras," papar dr Aldy.
Baca juga: Hindari Kolaps, Ada Baiknya Cek Kesehatan Sebelum Lomba Lari
Menurut penjelasan dr Aldy, penekanan dada dilakukan dengan penolong ada di sebelah kanan korban, lengan lurus, dan diletakkan di tengah dada korban. "Prinsip penekanan dada yakni tekan dengan kuat, tekan cepat, mengembang sempurna, dan interupsi minimal. Kalau penolong kelelahan, bisa gantian asal hitungannya tetap 30 kali," paparnya.
Jika tekanan dada telah diberikan, lakukan bantuan napas sebanyak dua kali. Bantuan ini dilakukan apabila penolong yakin melakukannya.
"Ada beberapa langkah, pertama membuka jalan napas dengan menegadahkan kepala korban dan mengangkat dagu korban. Lalu jepit hidung dengan jari, dan berikan napas bantuan sebanyak dua kali. Tunggu dada korban turun kembali untuk memberi napas bantuan berikutnya," ujar dr Aldy.
Setelah dilakukan RJP dalam lima siklus (30 tekanan dada: 2 bantuan napas), segera gunakan automated external defibrillator (AED) atau alat kejut jantung. Hal ini dilakukan hanya jika ambulans sudah datang atau di tempat kejadian terdapat AED.
"Pengecekan irama jantung diulangi setiap dua menit hingga korban bernapas dengan normal," jelas dr Aldy yang membawakan materi Basic Life Support dalam seminar tersebut.
Baca juga: Paparan Asap rokok Berisiko Picu Gangguan Irama Jantung (vit/vit)