Daging sapi, kambing, dan babi sering disebut sebagai jenis daging merah karena warnanya yang lebih gelap dibandingkan daging seperti ikan atau unggas. Hal ini dikarenakan daging lebih banyak memiliki hemoglobin dan myoglobin yang membuat warna darah merah.
Ada yang berpendapat dan didukung studi sebelumnya bahwa mengonsumsi banyak daging merah dan olahannya dapat meningkatkan risiko kanker. Namun sementara itu ada juga yang berpendapat bahwa kandungan nutrisi dari daging merah tak kalah baiknya sehingga jangan ditinggalkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Ini Batas Konsumsi Ideal Daging Merah Biar Nutrisi Tetap Seimbang
Kepala Nutrisi di Public Health England dr Louis Levy mengatakan bahwa ia sendiri akan berpikir mengenai langkah apa yang akan dilakukan saat WHO mengumumkan hasilnya.
"Sementara ini, saran dari petugas kesehatan adalah bahwa orang-orang harus batasi konsumsi (daging merah -red) tak lebih dari 70 gram dalam sehari. Survei yang kami lakukan menunjukkan bahwa orang-orang kita terlalu banyak makan daging merah dan olahannya sehingga mungkin berhubungan dengan peningkatan risiko kanker," kata dr Levy seperti dikutip dari BBC pada Senin (26/10/2015).
dr Levy mengatakan selain kanker sebetulnya ada faktor lain juga yang harus dipertimbangkan. Makanan dari daging merah biasanya tinggi lemak jenuh dan garam yang bisa tak bagus untuk kesehatan.
Terkait hal tersebut, Dr dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) juga mendorong masyarakat Indonesia untuk mengurangi konsumsi daging merah. Dengan kondisi harga daging sapi yang bisa dibilang tak murah, dr Ari mendukung orang-orang agar beraling mengonsumsi daging putih.
"Ini kesempatan untuk mengurangi konsumsi red meat. Kalau perlu kesempatan Jokowi mempromosikan karena daging merah untuk konsumsi tidak sehat," pungkas dr Ari.
Baca juga: Daging Sapi Mahal, Dokter: Ini Kesempatan Beralih ke Daging Putih! (fds/vit)











































