Tingkat Kefatalan Tinggi, Encephalitis Sulit Sembuh Meski Sudah Diobati

Tingkat Kefatalan Tinggi, Encephalitis Sulit Sembuh Meski Sudah Diobati

Rahma Lillahi Sativa - detikHealth
Kamis, 12 Nov 2015 11:31 WIB
Tingkat Kefatalan Tinggi, Encephalitis Sulit Sembuh Meski Sudah Diobati
Foto: istimewa
Jakarta - Berawal dari serangan campak, Dionisius Giri Samudra, dokter PPT (pegawai tidak tetap) di RSUD Dobo, Kepulauan Aru mengalami komplikasi radang otak, kemudian meninggal dunia.

dr Martin, spesialis penyakit dalam yang sempat merawat Dionisius mengatakan awalnya pria asal Makassar ini menderita morbili (sakit campak). Saat dirawat barulah ketahuan jika Dionisius juga mengalami komplikasi berupa encephalitis atau radang otak. Terkait hal ini, dr Diatri Nari Lastri, SpS(K) dari RS Cipto Mangunkusumo menerangkan, encephalitis memang bersifat fatal, tetapi pada beberapa kasus, masih bisa tertangani.

"Makanya kita harus lihat perjalanan penyakitnya dulu. Dari situ kita tahu apakah ini karena TB, bakteri atau penyebab lain," jelasnya kepada detikHealth, Kamis (12/11/2015).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Akan tetapi, ditambahkan Dr dr Yuda Taruna, SpS dari Universitas Katholik Atmajaya Jakarta, tingkat kefatalan encephalitis secara umum sudah mencapai 30 persen. Itupun jika pengobatan dilakukan secara maksimal. "Kalau belum diobatin, bisa 70-80 persen," ungkapnya saat dihubungi secara terpisah.

Baca juga: Berdampak Fatal, Radang Otak Encephalitis Butuh Penanganan Cepat

Ketika seorang pasien diketahui mengalami encephalitis, dokter hanya bisa melakukan terapi empiris sesuai dengan gejala yang terlihat. Pasien juga harus terus dipantau apakah mengalami peningkatan tekanan di dalam otak atau tidak, begitu juga dengan komplikasi lainnya, untuk memastikan apakah pasien masih bisa tertangani atau tidak.

"Kalau memang kondisinya sudah berat, ya susah buat sembuh. Peluang hidupnya kecil," imbuhnya.

Baca juga: Kisah Tragis Dokter Muda di Aru, Sakit dan Tak Tertangani karena Transportasi

Dikutip dari detiknews, meski sudah mendapatkan perawatan, kondisi Dionisius atau lebih akrab disapa Andra itu terus memburuk. Bahkan dari pemeriksaan terakhir yang dilakukan, Andra mengalami penurunan fungsi ginjal, liver, dan gangguan pernapasan.

"Bahkan untuk bicara juga sulit, dan tubuhnya sudah lemah," kata dr Martin, spesialis penyakit dalam yang sempat menangani Andra.

Situasi Andra diperburuk dengan sulitnya transportasi untuk menuju rumah sakit yang lebih baik. (lll/vit)

Berita Terkait