dr Hari mengungkapkan, angka kegagalan pada IUD berlapis tembaga sekitar 0,52 per 1.000 pemakai. Sedangkan, angka kegagalan pada IUD berisi hormon yaitu 0,06 per 1.000 pemakai.
"IUD berisi hormon memiliki angka kegagalan KB lebih rendah tetapi tidak signifikan secara statistik. Selain angka kegagalan, angka kejadian kehamilan ektopik (kehamilan di luar kandungan-red) pada IUD berisi hormon lebih rendah hingga seperempat dari IUD biasa," kata dr Hari.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Begini Cara Kerja KB Spiral Mencegah Terjadinya Kehamilan
Namun sayangnya, harga IUD hormonal masih sekitar 10 kali lipat harga IUD berlapis tembaga. "Tetapi apabila kita memikirkan efisiensi biaya yang dikeluarkan untuk durasi 5 tahun, maka harga tersebut masih lebih murah dibanding pil KB dengan kualitas hormon yang sejajar," tambah ayah satu anak ini.
Lalu, apa yang mesti dipertimbangkan pasutri saat akan memilih pakai kb spiral berlapis tembaga atau mengandung hormon?
"Apabila riwayatnya terdahulu pernah memakai IUD tembaga tetapi mengeluh perdarahan lama, atau tidak membaik setelah pemakaian obat, maka sebaiknya menggunaka IUD tipe hormonal. Menurut saya pribadi, apabila budget ada, sebaiknya IUD hormonal, karena efek sampingnya lebih rendah," kata pemilik akun twitter @drharinugroho ini.
Cara memasang IUD tembaga atau tipe hormonal pun sama. Untuk waktu kontrol menurut dr Hari tidak ada konsensus kontrol pasca pemasangan. Apabila setelah pemasangan tidak ada keluhan, sebetulnya tidak perlu kontrol ke dokter.
Baca juga: 6 Bulan Usai Operasi karena Kehamilan Ektopik, Ibu Ini Lahirkan Bayi Cantik
(rdn/up)











































