Laporan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat di tahun 2015 pada bulan Oktober ada 3.219 kasus DBD dengan kematian mencapai 32 jiwa, sementara November ada 2.921 kasus dengan 37 angka kematian, dan Desember 1.104 kasus dengan 31 kematian. Dibandingkan dengan tahun 2014 pada Oktober tercatat 8.149 kasus dengan 81 kematian, November 7.877 kasus dengan 66 kematian, dan Desember 7.856 kasus dengan 50 kematian.
Meski ada perbaikan kondisi Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) dr Mohamad Subuh, MPPM, mengingatkan bahwa kondisi bisa memburuk bila masyarakat lengah. Ia tetap menganjurkan agar budaya pemberantasan sarang nyamuk dikuatkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain memberikan surat peringatan, Kemenkes juga mendistribusikan bahan dan alat pengendalian vektor ke seluruh provinsi berupa insektisida, larvasida, jumantik kit, mesin fogging, ULV truck mounted, dan media KIE. Semua dilakukan untuk menghadapi bahaya DBD yang menurut Subuh biasanya akan memuncak pada bulan Maret.
"Hampir 48 tahun kita belum bisa mengendalikan ini secara utuh. Keberhasilan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) 3M (Menutup, Menguras, Mengubur) plus adalah kunci sukses pengendalian DBD dan ini yang benar-benar kita tekankan," pungkas Subuh.
Baca juga: Indonesia Sedang Rawan DBD, Waspadai Juga Virus Zika yang Hebohkan Brazil
(fds/up)











































