Masih Soal #KamiTidakTakut, Ini Bedanya Positivisme dan Optimisme

Masih Soal #KamiTidakTakut, Ini Bedanya Positivisme dan Optimisme

AN Uyung Pramudiarja - detikHealth
Jumat, 15 Jan 2016 19:34 WIB
Masih Soal #KamiTidakTakut, Ini Bedanya Positivisme dan Optimisme
Foto: Rachman Haryanto
Jakarta - Maraknya lelucon seputar aksi teror di Jl MH Thamrin Jakarta Pusat bisa dipandang sebagai sikap optimisme untuk bangkit dari krisis. Namun dikhawatirkan pula, ini menjadi satu bentuk positivisme. Apa sih bedanya?

"Beda tipis antara optimisme dengan positivisme," kata Liza Marielly Djaprie, psikolog dari Sanatorium Dharmawangsa, Jakarta Selatan, dalam pebincangan dengan detikHealth, Jumat (15/1/2016).

"Optimisme mengakui ada masalah, dan ada kesadaran untuk bangkit mengatasinya. Sedangkan positivisme, memandang suatu masalah hanya dari sisi positif lalu lupa masalah sebenarnya. Dianggap nggak apa-apa, kemudian tahu-tahu bangkrut," lanjut Liza.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Baca juga: Cara Tepat Menjelaskan Soal Teror Bom pada Anak Usia Sekolah Dasar

Dalam konteks serangan teror di seputaran pusat perbelanjaan Sarinah Kamis kemarin, Liza menilai lelucon-lelucon yang bermunculan sebagai bentuk kecerdasan emosional. Di balik sebuah tragedi, masyarakat bisa melihat sisi lain dan mengemasnya sebagai humor.

Satu sisi, sikap seperti ini sangat baik untuk membangkitkan semangat kebersamaan dalam melawan aksi terorisme. Tanda pagar #KamiTidakTakut membawa pesan kuat bahwa tujuan para teroris menyebar ketakutan tidak tercapai.

Namun jika berlebihan, dikhawatirkan ancaman yang sesungguhnya justru terlupakan. Memandang aksi teror hanya sebagai lucu-lucuan, di sisi lain juga bisa dipandang sebagai pudarnya rasa empati terhadap para korban yang mengalami dampak langsung maupun tidak langsung.

Baca jugaTeror Bom, Lelucon Polisi Ganteng dan Ancaman Pudarnya Empati (up/vit)

Berita Terkait