Dokumentasi dari penyakit ini yang terkenal dulu menimpa Silvano, seorang pria berumur 53 tahun dari Itali. Pada tahun 1984 dirinya secara misterius kehilangan kemampuan untuk tidur dan terus terbangun meski tubuh menunjukkan berbagai gejala kelelahan.
Silvano diperiksa oleh tim peneliti dari University of Bologna dan di sana penyakitnya teridentifikasi sebagai fatal familial insomnia (FFF). Kondisi kecacatan genetik menurun yang sangat langka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Silvano akhirnya meninggal beberapa bulan kemudian tapi ia menyumbangkan otaknya untuk penelitian. Bertahun-tahun lamanya peneliti akhirnya menemukan bahwa penyakit ini masih berkerabat dengan Creutzfeldt–Jakob disease (CJD) dan penyakit sapi gila.
Kondisi dipicu saat protein bernama prions dalam tubuh menjadi liar dan menyerang otak bagian thalamus yang mengendalikan aktivitas otomatis tubuh. Hal-hal seperti tekanan darah, suhu tubuh, detak jantung, dan pelepasan hormon semua diatur oleh thalamus sehingga ketika rusak akan terjadi kekacauan.
Pada orang yang sehat, sebelum tidur tubuh akan secara otomatis bersiap-siap dengan menurunkan tekanan darah. Tapi pada orang dengan FFF hal ini tak terjadi dan tubuh akan terus aktif sampai akhirnya 'menyerah'.
"Jika sistem saraf simpatik tidak seimbang, tentu saja Anda akan insomnia," ujar Pietro Cortelli, salah satu dokter yang pernah menangani Silvano seperti dikutip dari BBC pada Jumat (22/1/2016).
Sampai saat ini belum diketahui pasti terapi apa yang bisa menyembuhkan seseorang dari FFF. Sejauh ini ilmuwan dunia masih meneliti kira-kira hal apa yang bisa dilakukan untuk meringankan gejala.
Baca juga: Ketahuan Kurang Tidur, Harus Kemana Sih?
(fds/vit)











































