Menurut dokter spesialis mata di Jakarta Eye Center Kedoya, dr Florence M. Manurung, SpM, kondisi ini masih bisa dianggap wajar dan sama sekali bukan pertanda bahwa orang tersebut akan menangis.
"Tidak ada hubungan kedutan dengan kondisi dimana si pasien akan mengalami suatu musibah atau akan menangis. Itu cuma mitos," ungkap dr Florence kepada detikHealth, Jumat (29/1/2016).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, dr Gitalisa Andayani, SpM(K) dari RS Cipto Mangunkusumo Kirana menyebutkan bahwa kedutan pada mata bisa juga terjadi karena kondisi yang disebut sebagai tic facialis.
Tic facialis terjadi ketika beberapa bagian di wajah mengalami kekejangan yang tidak bisa dikontrol, terjadi secara tiba-tiba dan berkali-kali. Biasanya terjadi di satu tempat atau satu sisi, misalnya di kelopak mata, pipi, atau mulut.
Kondisi ini umumnya terjadi karena stres dan kelelahan, terutama pada mata. Misalnya karena terlalu lama berada di depan komputer dan kurang tidur. Kelelahan semacam ini membuat aliran listrik dari saraf menjadi tidak normal, sehingga terjadilah kontraksi yang tidak disadari. Kedutan ini umumnya sangat halus dan tidak bisa dilihat oleh orang lain, dan hanya bisa dirasakan oleh orang yang mengalaminya sendiri.
(ajg/vit)











































