Virus Zika yang dikaitkan dengan kejadian mikrosefali dan Guillain-Barre Syndrome (GBS) tercatat pernah muncul di tahun 1981 di Klaten lalu kemudian hilang timbul. Belakangan peneliti dari Lembaga Eijkman tak sengaja mengidentifikasinya kembali ketika tengah melakukan studi pada Kejadian Luar Biasa (KLB) Demam Berdarah Dengue (DBD) di Jambi, 21 Agustus 2015.
"Ada sampel darah yang 103 di antaranya negatif dengue. Kita periksa lagi terhadap berbagai macam virus dengan panel untuk mengidentifikasi virus tak dikenal dan ternyata ketemu, itu Zika," kata Direktur Lembaga Eijkman Prof Amin Soebandrio, ditemui di RSPI Sulianti Saroso, Jakarta Utara, Jumat (12/2/2016).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Di Indonesia, Demam Berdarah Dinilai Lebih Berbahaya Ketimbang Zika
Prof Amin mengatakan dari penelitian yang tengah berlangsung diketahui Zika yang ada di Indonesia adalah virus dengan sekuens berbeda dari apa yang sebelumnya ditemukan di Afrika. Hal ini berarti Zika ada dua yaitu tipe Asia dan tipe Afrika.
Virus Zika yang tengah mewabah di Amerika Latin saat ini menurut Prof Amin sedang diteliti dan ditenggarai lebih mirip dengan virus Zika yang tipe Asia.
"Isolat yang di Jambi ini sekelompok dengan garis keturunan yang di Asia. Kalau memang Zika ini menyebar dari Afrika saja maka harusnya semua sama. Ini sedang kita cari apakah benar Zika ini dari satu sumber lalu virusnya mengalami mutasi atau memang ada sumber lain," kata Prof Amin yang menambahkan temuan Zika di Jambi tersebut akan dipublikasi Mei 2016.
Perbedaan dari dua tipe virus Zika ini masih didalami lebih jauh. Saat ini peneliti sedang berusaha melakukan sekuens lengkap virus untuk mengetahui terlebih dahulu sifat-sifatnya.
Baca juga: Negara-negara Ini Masuk dalam Travel Advisory Menkes Terkait Zika (fds/up)











































