"Dari curhatan orang tua, sekolah atau TK (Taman Kanak-kanan) nggak banyak yang mau terima anak dengan Down Syndrome," kata Aryani Saida, Wakil Ketua POTADS (Persatuan Orang Tua Anak dengan Down Syndrome), kepada detikHealth, Senin (21/3/2016).
Menurut perempuan yang akrab disapa Yani ini, anak-anak dengan Down Syndrome seharusnya mendapat kesempatan yang sama dengan yang lain. Akses pendidikan menjadi salah satu PR utama, tidak hanya untuk anak dengan Down Syndrome melainkan juga untuk anak-anak berkebutuhan khusus lainnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
PR lainnya, menurut Yani adalah mindset sebagian masyarakat tentang Down Syndrome itu sendiri. Bukan cuma masyarakat awam, bahkan di kalangan dokter sekalipun masih ada yang menganggap anak-anak dengan Down Syndrome tidak punya masa depan.
![]() |
"Masih ada dokter yang mengatakan 'ya sudah, diterima saja'. Itu bikin down. Sebagai orang yang punya pengetahuan, dokter seharusnya menyemangati. Bahwa kalau didampingi, anak-anak ini juga bisa punya masa depan," kata Yani.
Hari Down Syndrome sedunia diperingati setiap tanggal 21 Maret, atau disingkat 21/3. Tanggal tersebut dipilih karena melambangkan Trisomi-21, yakni kelainan pada kromosom 21 yang dimiliki anak-anak dengan Down Syndrome. Tahun ini, tema yang dipilih adalah 'My Friend My Community'.
Baca juga: Bisa Dilatih & Mandiri, Anak dengan Down Syndrome Tak Perlu Disembunyikan
![]() |













































