Studi yang dilakukan James T. Becker dari University of Pittsburgh of Medicine mengatakan pada lansia yang rajin berolahraga, otak mereka memiliki lebih banyak partikel abu-abu. Semakin banyak kalori yang dibakar, semakin banyak pula partikel abu-abu tersebut.
"Volume otak sendiri dilihat dari berapa banyak partikel abu-abunya. Semakin sedikit partikel abu-abu di otak, maka kemungkinan gangguan fungsi kognitif berubah dari ringan menjadi parah lebih besar," tutur Becker, dikutip dari Reuters, Kamis (24/3/2016).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penelitian dilakukan kepada 876 lansia berusia di atas 65 tahun. Partisipan dites kemampuan kognitifnya, discan volume otaknya dan diminta menuliskan aktivitas fisik harian mereka.
Setelah itu, peneliti juga menghitung total kalori yang dibakar melalui aktivitas fisik partisipan. Terakhir, para partisipan discan volume partikel abu-abu dalam otak mereka sebelum dan sesudah olahraga.
Hasilnya, peneliti menemukan kaitan antara kalori dengan volume partikel abu-abu. Semakin banyak kalori yang dibakar, semakin besar volume partikel abu-abu di berbagai bagian otak.
"Aktif secara fisik membuat struktur otak bertahan. Jadi meskipun Anda memiliki sedikit gangguan kognitif, kemungkinan gangguan tersebut berubah menjadi parah sangat kecil. Karena itu, kami menyarankan agar lansia tetap melakukan aktivitas fisik seperti biasa," tuturnya.
Semakin banyak aktivitas fisik yang dilakukan, semakin besar manfaatnya bagi otak. Tak perlu risau, lansia bisa melakukan aktivitas fisik seperti berjalan atau berlari.
"Data kami menunjukkan aktivitas fisik apa saja dapat membantu menjaga kesehatan otak Anda. Semakin banyak kalori yang terbakar, manfaat semakin besar," pungkasnya.
Baca juga: Kecanduan Media Sosial Dipastikan karena Evolusi Otak (mrs/vit)











































