"Saya didiagnosis TB sejak usia 10 tahun, tapi baru kenal obat di usia 12 tahun. Saya sembuh, kambuh, sembuh, kambuh, sampai saat ini dinyatakan sembuh total," tutur Ully dalam konferensi pers di Gedung Kemenkes RI, Jakarta Selatan, seperti ditulis pada Kamis (24/3/2016).
Sejak tahun 2006 Ully rutin melakukan pengobatan TB injeksi dua bulan. setelah tes dahak dan rontgen, ia dinyatakan sembuh. Namun tak berlangsung lama, akhir tahun 2007 penyakitnya kambuh sehingga ia harus menjalani pengobatan injeksi kembali.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: 'Sudah Imunisasi BCG, Kok Masih Bisa Kena TB?'
"Padahal sebelumnya cek kultur dan hasilnya bagus. Setelah divonis MDR, kondisi badan saya menurun sekali. Setiap hari, hampir setiap jam saya batuk. Rasanya kesal, marah, semua campur aduk, tapi saya jalani saja," tutur Ully.
Pengobatan TB-MDR pun ia mulai lakukan saat itu juga. Mulai dari rutin minum 13 butir obat setiap hari, sampai menjalani terapi injeksi kembali selama 8 bulan. "Saya sempat menarik diri, menghindar dari orang-orang yang sehat. Selama di rumah pun saya memakai masker. Yang sedih, tiap anak mendekat saya tepis, saya takut menularkan. Saya jadi depresi," ujar ibu dengan tiga orang anak ini.
Kondisinya yang naik turun juga sempat membuat Ully ingin berhenti berobat dan pasrah saja, namun diakuinya dukungan dari suami, anak dan keluarga sangat besar hingga akhirnya ia berhasil meneruskan pengobatan. Pada Maret 2014, ia dinyatakan sembuh dari TB-MDR oleh dokter di RS Persahabatan. Mulai dari situ, ia menyadari pentingnya konsisten berobat bagi pasien TB.
"Saya ingin banyak berbagi dan sharing tentang penyakit ini, saya ingin para pasien TB juga bisa sembuh. Pesan saya, sebisa mungkin pasien TB pakai masker. Jaga lingkungan rumah tetap bersih, pola makan juga harus dijaga agar sehat," imbuhnya.
Baca juga: Asal Patuh Minum Obat, Tuberkulosis Pasti Bisa Disembuhkan!
(ajg/vit)











































